Pilihan Kamis, 01 September 2022 | 21:09

6 Sosok Penutur tentang Kekayaan Budaya, Alam, dan Kuliner Samosir

Lihat Foto 6 Sosok Penutur tentang Kekayaan Budaya, Alam, dan Kuliner Samosir Pulau Samosir dan Danau Toba. (Foto: Ist)
Editor: Tigor Munte

Samosir - Pulau Samosir atau Kabupaten Samosir yang berada di tengah Danau Toba, kaya dengan historis, budaya, alam hingga kulinernya.

Untuk menikmati itu semua, tentu ada orang-orang tertentu, jika bisa disebut sebagai orang terpilih yang memiliki kemampuan menuturkan, menyampaikan, dan menunjukkan tentang kekayaan Pulau Samosir.

Mereka berdiam dan beraktivitas di Pulau Samosir, menjadi semacam buku yang bercerita kepada siapa yang menemui mereka, bertanya atau ingin tahu tentang Pulau Samosir.

1 |  Noel Sidabutar-Desa Wisata Tomok Parsaoran

Noel Sidabutar adalah salah seorang keturunan Raja Sidabutar. Dia berprofesi sebagai pemandu wisata di lokasi pemakaman Raja Sidabutar. 

Noel Sidabutar. (Foto: Kemenparekraf)

Menguasai secara utuh tentang sejarah hingga cerita setiap raja di Desa Wisata Tomok Parsaoran.

Dia selalu bersemangat untuk membagikan cerita tentang leluhurnya kepada siapa saja yang datang padanya. 

Berharap kelak generasi setelahnya, juga mampu dan mengetahui asal-usul leluhur dan dapat menjelaskannya kepada wisatawan yang datang ke desa mereka.

2 |  Bagus Simatupang-Desa Wisata Siallagan

Di Desa Wisata Siallagan, akan kita dengar cerita tentang para raja yang memberikan peradilan bagi warga yang melanggar aturan kala itu. 

Bagus Simatupang. (Foto: Kemenparekraf)

Sebagai bukti di desa itu kita pasti temukan Batu Parsidangan. Penutur cerita ini adalah Bagus Simatupang. 

Meski bukan tanah kelahirannya, melainkan desa dari keluarga istrinya, Bagus menguasai semua cerita secara rinci.

Dia bisa banyak menjelaskan berbagai filosofi rumah adat Batak, cerita Batu Parsidangan, alat musik khas Batak, tempat pemakaman keluarga Siallagan, sampai memimpin para wisatawan untuk Manortor bersama boneka kayu Sigale-gale.

Cara menjelaskannya seperti tengah mendongeng, sehingga wisatawan terpikat tanpa rasa bosan. 

3 |  Riris Hasibuan-Desa Wisata Simanindo

Kawasan Desa Wisata Simanindo dihuni dan dikelola oleh keturunan keluarga Opung Panualang Sidauruk. 

Riris Hasibuan. (Foto: Kemenparekraf)

Salah satunya adalah Riris Hasibuan, yang merupakan istri dari Raja Humpul Sidauruk, cucu Opung Panualang Sidauruk.

Sebelum pandemi, desa ini ramai sekali dengan wisatawan dalam maupun luar negeri. 

Riris kembali memperkenalkan desa wisata keluarganya ini. Secara perlahan mulai ramai, bahkan  menginap di Desa Wisata Simanindo. 

4 |  Pesta Sitanggang-Desa Wisata Hutatinggi

Pesta merupakan seorang guru SMA dan juga pengelola homestay di Desa Wisata Hutatinggi, desa keturunan marga Sitanggang.

Pesta Sitanggang. (Foto: Kemenparekraf)

Desa Wisata Huta Tinggi merupakan 50 Desa Terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia tahun 2021. 

Di rumah adat Batak yang juga dijadikan homestay, Pesta menawarkan berbagai aktivitas. 

Kalau ada yang ingin makan masakan khas Batak, bahkan sampai masak sendiri, mereka bisa menyiapkan.

Sejumlah kuliner khas yang ditawarkannya, ada keju kerbau atau keju Batak, arsik ikan mas, dan ikan goreng andaliman. 

5 |  Sonta Situmorang-Desa Wisata Lumban Suhi Suhi Toruan

Sonta begitu mahir, lentik, cekatan menenun kain. Mimik wajahnya dapat dikatakan serius, tetapi tetap menyahut ramah jika diajak berbincang. 

Sonta Situmorang. (Foto: Kemenparekraf)

Hal yang dibicarakan seputar jenis-jenis kain ulos dan sejarahnya. Dia menjelaskan budaya dari kampung halamannya ini, Kampung Ulos Hutaraja di Desa Wisata Lumban Suhi Suhi Toruan.

Wanita berusia 70 tahun ini menekankan, untuk menghasilkan kain ulos yang cantik memang dibutuhkan pengorbanan. Salah satunya adalah jika ternyata pola kainnya salah dan harus diulang. 

“Tak seperti menulis di kertas yang kalau salah bisa langsung dicoret atau kertasnya dibuang lalu cari kertas baru. Dalam menenun, kalau salah, harus tetap melanjutkan menenun kain yang sama. Jadi, terpaksa harus diulang,” jelasnya.

Mengenai proses pembuatan kain ulos sendiri, Sonta bercerita memerlukan waktu bisa sampai tiga bulan. Memang perlu kesabaran untuk membuat kain ulos. 

Profesi sebagai penenun mengantarkannya bertemu presiden dan ibu negara. 

6 |  Sofia Manurung-Desa Wisata Tuktuk

Restoran “Sekapur Sirih” adalah destinasi wisata kuliner yang harus disambangi. Karena di sana ada masakan khas Batak yang dihidangkan secara autentik dan halal. 

Sofia Manurung. (Foto: Kemenparekraf)

Rekomendasi dari restoran yang dikelola Sofia Manurung ini, yaitu naniura, arsik ikan mas, dan sayur ubi tumbuknya.

Anda tahu? Sofia menanam sendiri bahan sayur maupun bumbu yang diperlukan untuk kuliner racikannya. 

Bahkan, ikannya pun berasal dari kolamnya sendiri. Tak heran bila seluruhnya segar dan sedap. (Kemenparekraf)

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya