Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan perekonomian Indonesia masih kuat menghadapi berbagai tantangan ekonomi global dengan posisi geopolitik yang seimbang dan kebijakan luar negeri yang cekatan.
"Indonesia memiliki posisi yang kuat untuk menghadapi tantangan politik dan ekonomi sebagai imbas dari pandemi, disrupsi rantai pasok dan konflik Rusia-Ukraina," kata Airlangga dalam Gala Dinner USINDO seperti meneruskan keterangannya, Kamis, 27 Oktober.
Dia juga menggarisbawahi rilis International Monetary Fund (IMF) World Economic Outlook pada Oktober 2022 yang mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,3 persen untuk tahun 2022 dan di kisaran 5 persen pada 2023.
"Nilai surplus perdagangan diperkirakan dapat mencapai $60 miliar di 2022, yang menunjukkan kenaikan signifikan jika dibandingkan surplus senilai $22 miliar pada tahun 2011," ujarnya.
Ketua Umum Partai Golkar ini menyebut Indonesia menarik bagi investor global karena merupakan bagian dari kawasan yang stabil, termasuk dalam value chain regional serta global, memiliki pasar yang besar, menyediakan proyek investasi yang berkualitas, dan konsisten dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Saat ini Indonesia memiliki berbagai proyek baru dan tengah berjalan yang dapat memenuhi target Sustainable Development Goals (SDGs), yang mencakup isu-isu strategis seperti energi bersih, kesetaraan gender, teknologi informasi, kesehatan publik, dan keamanan pangan.
Pemerintah Indonesia juga mengakui peran penting dari Public and Private Sector Partnership dalam mewujudkan komitmen investasi dalam proyek berkelanjutan.
"Dengan menjadi tuan rumah KTT G20 pada bulan November di Bali, Indonesia telah menunjukkan kepemimpinannya untuk mendapatkan posisi global yang dapat menguntungkan, baik negara berkembang maupun negara maju. Indonesia juga akan melanjutkan kepemimpinan internasional dengan mengampu Keketuaan ASEAN pada tahun 2023," ucap Airlangga.
Co-Chair USINDO Robert Blake menekankan bahwa Indonesia memiliki indikator ekonomi yang kuat dengan peningkatan ekspor, tingkat inflasi yang relatif rendah, situasi pasar saham yang terus mengalami penguatan, dan memiliki pertumbuhan FDI kedua tertinggi di ASEAN.
"Perusahaan swasta Amerika Serikat saat ini menanti kabar lebih lanjut dari Pemerintah Indonesia untuk dapat melebarkan ekspansi usahanya di Indonesia," kata Robert Blake.[]