News Rabu, 01 Februari 2023 | 14:02

Ambisi Jokowi Jadikan Indonesia Negara Maju, Cerita di Acara PSI

Lihat Foto Ambisi Jokowi Jadikan Indonesia Negara Maju, Cerita di Acara PSI Jokowi. (Foto: Ist)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Presiden Jokowi memiliki semangat yang keras untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan tidak ingin terjebak dalam middle income trap atau berpendapatan menengah.

Jokowi melihat pengalaman negara-negara Amerika Latin yang sejak tahun 1950-an terjebak dengan middle income trap tersebut. 

Menurut dia, yang membuat hal itu terjadi karena negara-negara tersebut tidak memberikan apa yang diinginkan negara luar. 

Tidak membuat sebuah terobosan yang membuat negara luar tergantung kepada negara di Amerika Latin.

Jokowi mengambil contoh bagaimana Korea Selatan dan Taiwan menjadi negara dengan lompatan yang besar. Itu terjadi karena mereka menghasilkan sesuatu yang sangat dibutuhkan negara luar, seperti Taiwan yang menghasilkan chip.

Itu sebabnya kata Jokowi, pemerintah tengah merancang strategi besar bagi Indonesia agar bisa melompat menjadi negara maju.

Strategi besar tersebut adalah dengan menciptakan ekosistem mobil listrik dan baterai kendaraan listrik (EV) sehingga negara lain memiliki ketergantungan kepada Indonesia.

Hal itu ditegaskan Jokowi dalam sambutannya saat menghadiri acara Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-8 dan Kopi Darat Nasional Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang digelar di Djakarta Theater, Jakarta, Selasa, 31 Januari 2023 malam.

Baca juga: Jokowi Bilang, PSI Jangan Mau Jadi Follower Harus Trendsetter

“Kita ingin menyatukan, mengintegrasikan yang namanya seluruh kekayaan alam ini menjadi satu barang yang nanti dibutuhkan, yang namanya EV baterai, lithium baterai. Di situ ada komponen dari nikel, tembaga, timah, bauksit, dan semuanya harus kita satukan, kita integrasikan sehingga muncul nanti yang namanya EV baterai dan babak selanjutnya ekosistem yang lebih besar yang namanya mobil listrik yang ke depan mau tidak mau semua negara akan mencari barang ini,” jelas Presiden Jokowi.

Jokowi menyadari bahwa mengintegrasikan komponen-komponen baterai dan mobil listrik tidaklah mudah meskipun Indonesia memiliki hampir semua bahan yang dibutuhkan. Dari segi geografis, tantangannya adalah bagaimana menyatukan berbagai bahan tambang yang lokasinya tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

“Yang sulit memang geografis negara kita. Nikel itu ada di Sulawesi yang banyak, ada di Maluku Utara. Tembaga ada di Papua, ada di Sumbawa, ini yang besar-besar. Bauksit itu ada di Kalimantan Barat dan ada di Kepulauan Riau, di Bintan. Timah ada di Bangka Belitung. Bagaimana mengintegrasikan ini, ada smelter di sini, ada smelter di sana, disatukan menjadi barang yang namanya EV baterai dan yang namanya mobil listrik,” lanjutnya.

Tantangan berikutnya adalah dari sisi eksternal, misalnya gugatan Uni Eropa terhadap Indonesia karena pemerintah menghentikan ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah. Meskipun Indonesia kalah dalam gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tersebut, namun Presiden Jokowi menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mundur dan akan tetap konsisten menghentikan ekspor barang tambang lainnya dalam bentuk bahan mentah.

“Kalau kita digugat kemudian kita mundur, jangan berharap negara ini akan menjadi negara maju, jangan berharap,” tegasnya. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya