Medan – Selebgram kontroversial, Ratu Thalisa, yang dikenal dengan panggilan Ratu Entok, kembali memancing polemik setelah video TikTok-nya yang mempermasalahkan rambut panjang Yesus Kristus menjadi viral.
Dalam video tersebut, Ratu Entok terlihat mengarahkan komentarnya ke foto Yesus dan menyarankan untuk memotong rambut agar tidak terlihat seperti perempuan.
Aksi tersebut langsung menuai kecaman dari banyak pihak, khususnya umat Kristen.
Pasca viral, Ratu Entok berusaha memberikan klarifikasi, namun pernyataannya justru terkesan mengelak dan membingungkan publik.
Ia mengklaim video aslinya telah dihapus TikTok setelah dilaporkan banyak orang, serta menuduh pihak-pihak tertentu telah memotong dan menyebarkan videonya dengan niat jahat.
"Video banyak digoreng, banyak dipotong," ujar Ratu Entok dalam klarifikasi tersebut.
Tak berhenti di situ, ia berdalih tidak mengetahui bahwa gambar yang ditunjukkannya adalah Yesus, dengan alasan ia hanya mencari "tokoh agama berambut panjang" di Google.
Pernyataannya tersebut justru memancing lebih banyak kemarahan, dan dianggap sebagai alasan tidak masuk akal.
Tak hanya itu, Ratu Entok malah menantang publik untuk mendatangkan ahli bahasa, ITE, dan agama untuk membuktikan bahwa dirinya tidak menista agama.
"Gak ada saya menghina, gak ada saya tertawa-tertawa," katanya sambil bersikeras bahwa tindakannya tidak salah.
Sekjen GAMKI Sumut: Penghinaan Agama Tak Bisa Dimaafkan
Merespons hal ini, Sekjen GAMKI Sumut, Swangro Lumbanbatu, menilai tindakan Ratu Entok sebagai bentuk penghinaan terhadap agama Kristen.
Ia menegaskan bahwa sebagai figur publik dengan pengikut TikTok lebih dari 400 ribu orang, Ratu seharusnya paham betul konten yang ia buat dan dampaknya.
"Omong kosong kalau dia gak tahu kalau itu foto Yesus. Ini sudah jelas menista agama Kristen," tegas Swangro dengan nada keras.
Swangro pun menuntut agar Ratu Entok segera meminta maaf kepada publik, khususnya kepada umat Kristen.
"Jika dalam waktu 3x24 jam tidak ada permintaan maaf secara terbuka, kami akan laporkan kasus ini ke Polda Sumut," ancamnya.
Langkah hukum semakin dekat, dan publik menanti apakah Ratu Entok akan merespons dengan bijak atau justru terus melawan arus kritik.
Kasus ini tak hanya tentang klarifikasi, tetapi tentang tanggung jawab seorang figur publik dalam menjaga keberagaman dan toleransi di Indonesia.[]