News Selasa, 19 Juli 2022 | 17:07

Ancaman Krisis, Menkeu: Saya Berharap Indonesia Dapat Menavigasi Tantangan Ekonomi

Lihat Foto Ancaman Krisis, Menkeu: Saya Berharap Indonesia Dapat Menavigasi Tantangan Ekonomi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. (Foto:Istimewa)

Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengingatkan potensi resesi karena kenaikan suku bunga acuan, pengetatan likuiditas, serta peningkatan harga pangan dan energi, yang menciptakan krisis tersendiri. 

Dalam Launching of the 2022-2025 IsDB Group’s Member Country Partnership Strategy (MCPS) for Indonesia, seperti mengutip Antara, Selasa, 19 Juli 2022, Menkeu menegaskan kondisi itu sangat nyata bagi banyak negara.

"Saya berharap dalam kasus ini, Indonesia akan dapat terus menavigasi tantangan tambahan lainnya untuk ekonomi kita dan sekarang dalam ekonomi global," kata Sri Mulyani.

Dalam konteks itu, dia menyebutkan, strategi Indonesia pertama adalah mengatasi banyak masalah struktural termasuk kualitas sumber daya manusia, infrastruktur, produktivitas, dan daya saing.

Menangani masalah sumber daya manusia dalam bentuk pendidikan, penelitian, inovasi, serta dalam hal kesehatan tentulah tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak cepat. 

Namun tentunya hal tersebut akan membutuhkan konsistensi dalam jangka menengah panjang.

Dia menambahkan, strategi kedua yakni tentang reformasi sistem kesehatan, di mana pandemi telah membuka aspek reformasi lain yang perlu dilakukan pada sistem kesehatan.

"Indonesia menjadi negara di antara beberapa negara di dunia yang berhasil mengelola pandemi, jika Anda mengukurnya di semua indikator. Tetapi ini tidak berarti kita telah selesai dengan sistem kesehatan kita," ujarnya.

Dia berpendapat, mengarungi ancaman pandemi, yang kini diikuti oleh ancaman baru bukanlah tugas yang mudah bagi negara sebesar Indonesia.

Ancaman tersebut berupa meningkatnya inflasi akibat harga pangan dan energi akibat situasi geopolitik, meningkatnya inflasi di banyak negara maju dan berkembang, yang kemudian diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter yaitu kenaikan suku bunga serta pengetatan likuiditas.

"Ini dengan sendirinya akan menciptakan tambahan yang sangat, sangat berpotensi mengganggu banyak perekonomian, terutama mereka yang sudah dalam situasi yang sangat rapuh," ucap Sri Mulyani.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya