News Minggu, 23 Januari 2022 | 19:01

Anies Baswedan Harus Berterima Kasih ke Giring Ganesha, Ini Alasannya

Lihat Foto Anies Baswedan Harus Berterima Kasih ke Giring Ganesha, Ini Alasannya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (foto: Antara/M Risyal Hidayat).

Jakarta - Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai secara tidak langsung Giring Ganesha memviralkan kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melalui kritikan-kritikan yang dilancarkan Ketua Umum PSI tersebut.

Adi mengatakan, seharusnya Anies Baswedan berterima kasih kepada Giring. Hal itu diungkapkan dalam Diskusi Total Politik di Bangi Kopi, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu, 23 Januari 2022.

"Anies sebenarnya mesti berterima kasih ke Giring PSI setiap saat kinerjanya diviralkan. Coba bayangkan siapa yang pernah membayangkan Ketua Umum PSI datang ke arena Formula E, ada kambing, tidak ada yang bayangin itu, secara tidak langsung PSI itu memviralkan kerja-kerja Anies," kata Adi.

Lebih lanjut, dia menyebut saat ini hanya 25 persen masyarakat yang memilih calon pemimpin berdasarkan kinerja.

"Pilihan bukan kinerjanya, tapi seberapa besar dia disukai oleh publik, sering bicara langsung kepada publik ini yang dilihat, kalau soal kinerja, sorry to say, hanya 25 persen orang akan memilih pemimpin yang dianggap kinerja bagus," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, masyarakat memilih calon pemimpin karena popularitas.

"Selebihnya dari sisi sosiologis, dia kelihatan merakyat murah senyum, orangnya tidak galak-galak amat, bajunya tidak ganti-ganti, kan itu yang disukai, artinya secara umum harapan publik kita cerdas memang harapan semua orang," tuturnya.

Pandangannya dalam dunia perpolitikan, perseteruan Giring dengan Anies Baswedan justru harus dirawat. Karena, esensi dari politik adalah `perkelahian` argumentasi.

"Orang bertanya, apa pentingnya perkelahian antara Anies dan Giring PSI dan Anies, ya penting bagi kita menekuni dunia politik yang begini harus dirawat, politik itu kan soal perkelahian, soal cara menegasi dan cara membantah, tinggal kuat-kuatan di situ, yang tidak boleh itu kalau ada orang beranggapan kalau politik mirip majelis taklim. Tidak bisa. Politik itu tempat berkelahi," ucap Adi Prayitno.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya