*Oleh: Sahat Martin Philip Sinurat, Ketua Dewan Pembina Relawan Lentera Kasih (Relasi) Prabowo Gibran
Tadi malam kita menonton debat terakhir dari ketiga calon wakil presiden di Pilpres 2024, yakni Gus Muhaimin (01), Mas Gibran (02), dan Prof. Mahfud (03).
Berdasarkan dua pelaksanaan debat cawapres yang saya tonton, saya menilai Mas Gibran yang benar-benar serius mempersiapkan diri untuk menghadapi pembahasan debat sesuai dengan tema yang ditetapkan KPU RI dan para panelis.
Kenapa saya katakan Mas Gibran yang paling serius? Paling tidak ada DUA alasan, antara lain:
Pertama, debat yang kita saksikan bukan debat tingkat SMP, SMA, atau Universitas, melainkan debat calon wakil presiden. Setiap cawapres memiliki tim pakar masing-masing, yang seharusnya membantu persiapan sebaik mungkin sehingga para cawapres dapat menguasai tema debat.
Tentunya menjadi pertanyaan bagi kita, kenapa Gus Muhaimin tidak memahami tentang Lithium Ferro Phosphate (LFP), padahal beberapa hari sebelumnya, justru Co-Captain Timnas Paslon 01 Thomas Lembong yang mengangkat topik LFP ini dalam kanal Youtube Total Politik dan beritanya bisa kita baca di berbagai media.
Kita juga bertanya-tanya kenapa Prof. Mahfud tidak memahami istilah Greenflation, dan ketika Mas Gibran menjelaskan istilah ini, ternyata jawaban yang Prof. Mahfud sampaikan juga tidak sesuai.
Apakah Gus Muhaimin dan Prof. Mahfud tidak mempersiapkan diri sesuai dengan tema debat cawapres? Apakah tidak bertukar pikiran dengan tim internalnya terkait topik-topik yang sedang hangat dan menjadi sorotan publik?
Apakah mungkin keduanya tidak sempat mempersiapkan diri sesuai dengan tema Debat, karena fokus mencari-cari kesalahan dan kekurangan dari pemerintahan saat ini?
Kedua, seorang Wakil Presiden adalah pemimpin yang bertugas membantu Presiden menghadapi berbagai persoalan yang terjadi di tengah masyarakat serta mampu menyelesaikan persoalan (problem solver), bukan justru mencari-cari alasan pembenaran atas ketidaktahuan atau ketidaksiapan.
Maka seorang wakil presiden seharusnya tidak hanya memahami satu isu yang sesuai kompetensi keilmuannya saja, melainkan berusaha untuk memahami berbagai isu lainnya, khususnya topik-topik penting yang sedang menjadi sorotan, baik di dalam negeri, maupun di luar negeri.
Dalam debat tadi malam, Gus Muhaimin menanyakan kepada Mas Gibran tentang bioregional, terminologi yang sebenarnya masih jarang didengar orang awam, dan Gus Muhaimin tidak menjelaskan lebih lanjut tentang terminologi ini.
Kita bisa melihat bagaimana Mas Gibran menjawab pertanyaan tersebut, tidak mencari-cari alasan bahwa Gus Muhaimin menggunakan terminologi yang tidak umum, ataupun menyatakan bahwa pertanyaan Gus Muhaimin adalah pertanyaan recehan.
Beda hal dengan Gus Muhaimin dan Prof. Mahfud. Ketika Mas Gibran menanyakan tentang Lithium Ferro Phosphate ataupun Greenflation, bukannya menjawab pertanyaan, keduanya justru mencari-cari alasan.
Keduanya mengatakan bahwa Mas Gibran menggunakan terminologi yang tidak umum, pertanyaannya recehan, bahkan sampai mengatakan tentang etika dalam berdebat.
Orang-orang yang sering berdiskusi ataupun berdebat, bisa menilai apa yang dilakukan keduanya adalah upaya untuk menutupi ketidaktahuan atau ketidaksiapan.
Padahal ketiga Cawapres beserta tim pakar masing-masing diberikan waktu selama berminggu-minggu untuk mempersiapkan diri sesuai dengan tema yang telah diinfokan KPU RI sejak awal masa Kampanye.
Maka kita bisa menyimpulkan, dari dua Debat Cawapres yang sudah berjalan, adalah Mas Gibran yang benar-benar serius mempersiapkan diri, menelaah apa saja persoalan yang sedang menjadi sorotan masyarakat Indonesia dan dunia, memberikan solusi dalam pemaparannya, serta tidak mencari-cari alasan pembenaran atas ketidaktahuan atau ketidaksiapan.
Saya semakin yakin, Mas Gibran adalah figur yang paling tepat menjadi Wakil Presiden di antara ketiga calon. Tetap solid bergerak, menuju menang sekali putaran.[] Senin, 22 Januari 2024