Daerah Jum'at, 03 Juni 2022 | 17:06

Asap Tebal Membubung dari Perbukitan Kawasan Hutan Tele Samosir

Lihat Foto Asap Tebal Membubung dari Perbukitan Kawasan Hutan Tele Samosir Asap tebal dari kawasan perbukitan Hutan Tele, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara, Jumat, 3 Juni 2022. (Foto: Wilmar)
Editor: Tigor Munte

Samosir - Diperkirakan kembali terjadi kebakaran lahan di Kawasan Danau Toba, persisnya di seputaran Hutan Tele, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara pada Jumat, 3 Juni 2022 sore.

Menurut informasi yang diperoleh dari pegiat lingkungan Wilmar Simanjorang, dugaan kebakaran lahan itu berada di Desa Bonandolok, Kecamatan Sianjur Mula-mula.

Wilmar kemudian berbagi foto dan video durasi pendek peristiwa tersebut. Tampak asap tebal membubung dari arah perbukitan. 

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Samosir Sarimpol Manihuruk melalui telepon menyebut informasi kebakaran tersebut masih akan dicek.

Sarimpol belum berani memberikan keterangan lebih jauh karena sedang bergerak bersama anak buahnya ke lokasi.

"Izin Pak, infonya baru nyampe ke kita. Lagi perjalanan menuju titik api. Nanti kita konfirm Pak," begitu pesan dia lewat WhatsApp.

Disinggung soal peristiwa serupa pekan lalu, Sarimpol menyebut itu di lokasi yang berbeda. 

"Tapi nantilah, Pak. Saya belum bisa keterangan yang detail, ini masih bergerak ke lokasi. Nanti saya kabari," katanya.

Sebelumnya, pada Sabtu, 28 Mei 2022 sore, peristiwa kebakaran lahan juga terjadi di lereng Gunung Pusuk Buhit. Diduga berasal dari aktivitas pembakaran lahan oleh warga.  

Baca juga:

Asap Tebal dari Lereng Gunung Pusuk Buhit, Lingkungan di Danau Toba Terancam Rusak

Wilmar mengungkapkan kegeramannya atas peristiwa yang terus berulang di Geosite Pusuk Buhit tersebut. 

"Inilah masalah di Samosir dan Kawasan Danau Toba," kata Wilmar.

Dia menilai, penanggulangan bencana yang dilakukan selama ini hasilnya tak optimal. Karena kawasan sudah gosong dan juga tetap berulang.

Dia menyebut hal mendesak yang harus dilakukan demi menyelamatkan lingkungan, termasuk mengeliminir peristiwa kebakaran hutan atau lahan di Kawasan Danau Toba.

Pertama adalah tindakan preventif atau antisipatif bukan reaktif seperti biasa dilakukan dan juga saat ini.

Kedua, penyediaan infrastruktur penanggulangan di titik rawan bencana. Ketiga, mitigasi bencana.

"Keempat adalah penyuluhan dan edukasi lingkungan hidup mulai anak usia dini, kepada tokoh-tokoh masyarakat gereja, dan sekolah-sekolah," katanya.

Wilmar mengkhawatirkan efek dari kebakaran dan asap dari lokasi kebakaran bisa menimbulkan penyakit sesak pernapasan.

Kemudian punahnya flora dan fauna endemik Batak, rusaknya lanskap, dan mempermudah erosi pada musim hujan serta pemanasan global. "Kita harus kerja keras untuk kelestarian lingkungan," katanya. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya