Jakarta - Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP Bane Raja Manalu mengkritik cara personel Polres Dairi menangkap aktivis perlawanan terhadap PT Gruti, Pangihutan Sijabat.
Legislator dari Dapil Sumut 3 itu menyampaikan kritiknya lewat video yang kemudian diunggah di media sosialnya, Rabu, 12 November 2025.
Bane mengatakan, dirinya mendapatkan informasi soal penangkapan Pangihutan Sijabat. Semula penangkapan disebut dilakukan sejumlah oknum berbadan tegap.
Pangihutan merupakan warga Dusun Hite Hoting, Desa Parbuluan VI, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi.
Dia ditangkap saat mengantar anaknya ke SD Parbuluan Sihotang Parikki dengan mengendarai motor warna biru Jupiter. Mengenakan kaus berkerah warna putih dengan celana panjang warna hitam serta membawa handphone.
"Ini sesuatu yang menjadi sebuah kepastian bahwa Pangihutan Sijabat ditangkap polisi. Tadi sempat ada informasi yang mengatakan Pangihutan Sijabat ditangkap oleh orang-orang berbadan tegap dan tidak jelas keberadaannya," kata Bane.
Bane menyebut, dirinya sudah berbicara dengan Kapolres Dairi pada saat di Dairi dan mengatakan bahwa proses hukum atas perusakan yang terjadi silakan dilanjutkan.
"Bahwa hari ini terjadi penangkapan karena tiga kali surat panggilan tidak dipenuhi, maka ada panggilan paksa. Meski caranya mungkin tidak tepat, karena harus seorang ayah ditangkap di depan anak yang mengantar anak sekolah seperti itu, berita yang saya dengarkan," ujarnya.
"Tapi apapun yang terjadi, saya meminta agar tetap diperlakukan dengan baik, diperlakukan dengan semestinya. Biar jalan hukum sebagaimana seharusnya berjalan," imbuh dia.
Kritik Media Produksi Kebohongan
Bane kemudian mengungkap adanya berita bohong yang diproduksi salah satu media di Dairi terkait kasus ini.
"Karena barusan saya baca ada sebuah pemberitaan dari Mistar Dairi. Ini perlu saya langsung katakan, saya address langsung nama media ini karena bagi saya media ini sudah memproduksi kebohongan," tukasnya.
Menurutnya, media ini tidak lagi berdiri atas kepentingan publik, sebagaimana fungsi dari sebuah media.
Padahal media adalah pilar keempat demokrasi dan media harus berpihak pada publik.
"Kenapa berpihak pada publik? Karena media itu adalah alat perjuangan bagi publik yang susah mengakses kekuasaan, susah mengakses informasi atau menyebarkan kebenaran yang mereka miliki," tandasnya.
Bane mengungkap pengalamannya sendiri, ketika turun ke Kabupaten Dairi pada Oktober 2025 lalu untuk bertemu dengan masyarakat di Parbuluan VI.
Dia ke sana guna melihat lokasi hutan yang telah gundul, rata dengan tanah, yang menjadi sumber air bagi tanaman-tanaman warga karena di sanalah hulunya.
"Lalu saya atas ajakan masyarakat pergi ke lokasi, melihat lokasi. Dan didampingi oleh Kapolsek Parbuluan bersama aparat kepolisian yang ada pada saat itu. Lalu Mistar Dairi kemudian menaikkan berita bahwa terjadi perusakan di depan anggota DPR RI Bane Raja Manalu. Itu sesuatu yang tidak benar," kata Bane.
Bane lebih jauh menyebut, dirinya kepada Kapolres Dairi berujar bahwa pejabat atau aparat penegak hukum harus berdiri bersama rakyat, berdiri bersama publik. Karena mereka tidak punya kekuasaan, tidak punya kekuatan, dan tidak punya modal.
"Seperti perusahaan yang telah memproduksi kebohongan dengan menggunakan media. Inilah kenapa alasannya kita harus berdiri bersama masyarakat, berdiri bersama rakyat. Karena rakyat tidak punya akses pada media, rakyat tidak punya akses untuk membayar media untuk menyebarkan apa kebenaran yang mereka pegang," ungkapnya.
"Jadi ketika mereka mampu memproduksi kebohongan, ketika saya datang ke sana seorang anggota DPR RI, lalu dia berani mengatakan bahwa terjadi perusakan di depan anggota DPR RI, dan itu sama sekali tidak terjadi, dan si pembuat berita juga tidak ada di sana, apa bisa disimpulkan di sana? Karena apapun yang mereka lakukan, apapun yang mereka sampaikan adalah kebohongan, maka tidak bisa dipercaya. Mereka berani memproduksi kebohongan, dan menyebarkan kebohongan itu, maka mulai dari saat itu jangan percaya apapun yang mereka tuliskan, apapun yang mereka sampaikan, dan si perusahaan ini juga tidak layak untuk dipercaya," lanjut Bane.
Kejadian serupa kali ini juga kata Bane, berulang. Dimana Mistar Dairi menyebarkan kebohongan kembali, dengan mengatakan bahwa ini kali kedua perusakan yang terjadi, yang dilakukan oleh masyarakat.
"Hey come on, kalau kau benar sebagai wartawan, benar sebagai media, taulah fungsimu bahwa media itu harus berdiri bersama rakyat, harus berdiri bersama publik, itulah fungsimu. Kau pilar demokrasi keempat, yang harusnya bersuara atas nama kepentingan rakyat, atas nama kepentingan publik, atas nama kepentingan kaum rentan, bukan dengan korporasi yang mungkin saja telah memberikan sesuatu padamu, yang bisa ditelusuri seperti itu, yang bisa saya simpulkan seperti itu, dan saya bicara ini atas nama rakyat Sumatera Utara Dapil 3 yang saya wakili," tandasnya.
Seperti diketahui, pasca penangkapan Pangihutan Sijabat, ratusan warga mendatangi Polres Dairi. Terjadi kemudian bentrok warga dengan aparat kepolisian.
Dikabarkan sebanyak 34 warga yang menuntut pembebasan Pangihutan, diamankan oleh kepolisian. []