Daerah Kamis, 17 Februari 2022 | 14:02

Banjir di Kabupaten Bogor, 3.200 Rumah Masih Terendam

Lihat Foto Banjir di Kabupaten Bogor, 3.200 Rumah Masih Terendam Banjir merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu, 16 Februari 2022. (Foto: BNPB)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Sebagian wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dihajar banjir setelah hujan deras mengguyur wilayah itu. Kondisi terparah banjir merendam Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Rabu, 16 Februari 2022 malam sekitar pukul 22.30 WIB.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor menginformasikan debit air Sungai Cileungsi meluap akibat hujan tersebut. Saat banjir berlangsung, tinggi muka air terpantu sekitar 130 hingga 160 sentimeter. Banjir ini berdampak pada sejumlah rumah dan fasilitas umum.

Data BPBD mencatat 3.052 KK atau 11.208 jiwa terdampak dan tidak ada laporan korban jiwa. Selanjutnya, sebanyak 3.200 unit rumah terdampak serta beberapa fasilitas umum lain, di antaranya fasilitas pendidikan 3 unit dan tempat ibadah 6 unit.

Merespons kejadian ini, pihak BPBD telah melakukan koordinasi dengan pihak desa maupun kecamatan untuk pendataan. Selain itu, BPBD Kabupaten Bogor juga melakukan pemantauan tinggi mata air (TMA) dan berkoordinasi dengan Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C) terkait penyebaran peringatan dini waspada banjir.

Baca juga: Banjir di Kota Samarinda Kaltim, 295 Rumah Tergenang

Selama penanganan darurat berlangsung, personel TNI, Polri, dinas terkait serta relawan turut membantu dalam memastikan keselamatan warga.

"BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada dan siap siaga dalam mengantisipasi maupun menghindari risiko bahaya banjir," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran pers, Kamis, 17 Februari 2022.

Dikatakan, berbagai upaya dapat dilakukan secara kolektif, seperti membersihkan secara gotong royong saluran air atau pun mempersiapkan tempat evakuasi sementara yang aman dengan penerapan protokol kesehatan.

"Masyarakat dapat memperkuat diseminasi informasi melalui jaringan komunikasi digital maupun menggunakan telekomunikasi frekuensi radio sebagai sarana informasi awal peringatan dini sehingga dapat menjadi pertimbangan langkah yang dapat diambil dalam hal kesiapsiagaan," katanya. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya