Jakarta - Peristiwa penembakan misterius yang terjadi di Maluku Tengah, Maluku, dan penembakan pedemo unjuk rasa di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, serta konflik penambangan batu andesit di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah merupakan peristiwa yang tidak boleh dianggap sepele.
Ketua Umum Barak 106, Martin Siahaan berpandangan bahwa peristiwa tersebut potensi mencoreng wajah Indonesia di mata internasional. Sebab, tak lama lagi akan ada pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung di Bali.
"Sebentar lagi Kepala Negara dan Menteri Keuangan hadir di G20 dan akan bersama-sama di Indonesia. Tentunya dengan terjadinya peristiwa kemanusiaan ini bisa menjadi preseden buruk bagi Indonesia selaku tuan rumah," kata Martin Siahaan di Jakarta, Selasa, 15 Februari 2022.
Dia meyakini, ketiga peristiwa kemanusiaan itu didalangi seorang arsitek konflik. Bahkan dia mengecam siapapun pejabat maupun mantan pejabat pemerintahan baik sipil dan militer yang terlibat agar bertobat.
"Sudah sangat meyakinkan, di balik peristiwa-peristiwa tersebut ada arsitek sosialnya yang kemudian mempunyai niat untuk memojokkan kepala negara," ujarnya.
Apalagi, lanjutnya, dalam forum G20 akan banyak pembahasan mulai dari kebijakan global tentang perdagangan, kesehatan, iklim, dan isu-isu universal lainnya.
"Ketiga peristiwa tersebut berkaitan dengan praktik pertambangan dan pastinya bersangkut paut dengan isu iklim," tuturnya.
Menurutnya, para arsitek sosial diduga berkolaborasi dengan kepentingan global yang ingin membuat Indonesia tetap gaduh demi memuluskan rencana mereka.
"Atas hal ini kami rakyat Indonesia mendukung Presiden Jokowi bertindak tegas, arif dan bijaksana untuk menyelamatkan keutuhan Indonesia," katanya.
Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa kehormatan, martabat dan kedaulatan Indonesia akan dipertaruhkan pada forum KTT G20.
"Tentunya kepentingan ekonomi yang negosiasikan, jangan sampai Presiden akhirnya terpojok dan harus kalah dalam pentas Internasional," ucap Martin Siahaan.[]