Jakarta - Ketua Umum Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa) KP Norman Hadinegoro berharap kepolisian di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo tidak tebang pilih dalam menangani kasus mafia tanah.
Norman menilai, polisi lebih cepat tanggap dalam menangani kasus mafia tanah jika korbannya adalah orang-orang berpengaruh atau dikenal di kalangan masyarakat.
"Kadang aparat penegak hukum ini pilih-pilih. Viral dulu masalahnya baru berbuat. Mudah-mudahan di bawah kepemimpinan Kapolri Listyo Sigit, polisi benar-benar merakyat dan tidak pilih-pilih," kata Norman kepada Opsi, Rabu, 1 Desember 2021.
Beberapa contoh, kata dia, kasus sindikat mafia tanah yang memalsukan sejumlah sertifikat rumah milik ibu Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal.
Dalam kasus itu, polisi menangkap 15 anggota sindikat mafia tanah yang diduga menipu keluarga Dino Patti Djalal.
Sejumlah tersangka ditangkap dari tiga laporan keluarga Dino atas dugaan penipuan beberapa tanah dan bangunan.
"Dari tiga LP ini totalnya adalah 15 tersangka," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran, Jumat, 19 Februari 2021 lalu.
Kemudian, ada pula kasus serupa yang menimpa keluarga Nirina Zubir. Keluarga artis ini menjadi korban mafia yang diduga dilakukan asisten rumah tangganya bernama Riri Khasmita.
Mengutip Detik.com , Polda Metro Jaya menetapkan lima orang sebagai tersangka dalam kasus mafia tanah Nirina Zubir tersebut. Lima tersangka itu terbagi dalam dua klaster, yaitu klaster pelaku dan klaster notaris.
Norman menyebut, masyarakat juga mengalami persoalan serupa terkait mafia tanah. Di mana persoalan ini sudah sejak lama tak kunjung terselesaikan.
"Ada juga kasus-kasus yang sampai puluhan tahun tidak selesai, kan sedih melihatnya. Tidak ada kepastian hukum, padahal negara ini negara hukum. Sudah kemana-mana rakyat itu, bahkan yang sudah menang saja susah mengeksekusinya," ujarnya.
Norman menegaskan, mafia tanah di negeri ini harus segera diberantas. Dia berharap, polisi tidak lagi memilih-milih korban dalam menangani kasus seperti itu.
"Cara-cara seperti ini enggak boleh. Mafia ini harus kita berantas habis. Jadi kita enggak usah pilih-pilih karena dia populer maupun hebat. Apalagi kalau sudah didengar Presiden Jokowi, semua langsung cari muka. Itu enggak boleh," tuturnya.
"Harusnya polisi menjalankan hukum sesuai koridornya dan tidak pilih dia (korban) terkenal atau tidak," ucap Norman Hadinegoro menambahkan.[]