MEDAN - Korban bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Sumatra hingga Minggu, 14 Desember 2025 menyentuh angka 1.006 jiwa.
Data ini dirilis Badan Penanggulan Bencana Nasional (BNPB). Selain itu, tercatat 217 jiwa masih dinyatakan hilang sejauh ini.
Secara detail korban meninggal dunia di Sumatra Utara sebanyak 349 jiwa dan 91 orang dinyatakan hilang. Korban meninggal diantaranya Tapteng 116 jiwa, Tapsel 86 jiwa, Sibolga 54 jiwa, Taput 34 orang, Humbahas 10 orang, Langkat 13 jiwa, Deli Serdang 17 jiwa, dan Medan 12 orang.
Sumatra Barat sebanyak 242 orang meninggal dunia dan 92 jiwa masih dinyatakan hilang. Korban meninggal paling banyak di Agam sebanyak 184 orang, Padang Pariaman 24 orang, Kota Padang Panjang 19 orang, Kota Padang 11 orang, dan Pasaman Barat 4 orang.
Aceh meninggal dunia sebanyak 415 orang dan hilang 34 jiwa. Korban meninggal paling banyak di Aceh Utara sebanyak 159 jiwa, Aceh Timur 52 jiwa, Pidie Jaya 29 orang, Aceh Tengah 24 orang, Gayo Lues 6 orang, dan Lhokseumawe sebanyak 4 orang.
Percepatan Penanganan Darurat
Pemerintah tidak sendiri dalam penanganan darurat bencana banjir dan longsor di tiga provinsi, Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Aceh.
Hal tersebut terwujud melalui kolaborasi pentaheliks yang tergabung di dalam klaster nasional.
Klaster nasional merupakan wadah multipihak untuk melakukan koordinasi dan mobilisasi sumber daya di sejumlah sektor yang dibutuhkan dalam fase penanggulangan bencana.
Pada bencana di tiga provinsi, lima klaster telah beroperasi di tengah masyarakat yang terdampak banjir dan longsor. BNPB melalui Pos Pendamping Nasional (Pospenas) mengaktifkan klaster untuk membantu percepatan penanganan darurat.
Sejumlah lembaga, baik pemerintah dan non-pemerintah, aktif dalam beberapa klaster sesuai dengan keahlian dan sumber daya yang dimiliki.
Lima klaster yang aktif dan bekerja di lapangan yaitu klaster pencarian dan pertolongan, klaster logistik, klaster kesehatan, klaster pengungsian dan perlindungan, serta klaster pendidikan.
Klaster logistik bekerja untuk memastikan manajemen logistik berjalan baik. Salah satu contohnya, pengaktifan gudang di Pos Gudang Nasional Klaster Logistik di Halim Perdanakusuma, Jakarta, yang melibatkan PMI dan Lembaga usaha.
Sedangkan di Sumatra Utara, klaster ini melibatkan Centre for Disaster Risk Management and Community Development Studies Universitas HKBP untuk mendistribusikan bantuan bagi 200 warga terdampak.
Kolaborasi konkret pada klaster kesehatan yang memiliki beberapa sub klaster, telah bekerja di tengah masyarakat.
Sub-klaster pelayanan kesehatan dari MDMC memberikan manfaatkan kepada 421 orang yang dilayani di wilayah Aceh Tamiang, Aceh Utara, Lhokseumawe, Langsa, Langkat, Agam dan Tapanuli Selatan.
Klaster di bawah koordinasi Pusat Krisis Kementerian Kesehatan ini juga telah terjun bersama mitra terkait dari organisasi non-pemerintah di tiga provinsi.
Sedangkan klaster pendidikan di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah siap dengan bantuan pendidikan.
Bantuan yang tersedia antara lain 10.200 paket sekolah, 131 tenda darurat, 400 family kit dan 50.000 buku teks dan non-teks.
Di samping itu, kegiatan psikososial juga telah diberikan kepada anak-anak terdampak bencana, seperti dari Wahana Visi Indonesia, UGM, Universitas Syiah Kuala, Yayasan Plan Indonesia.
Pada klaster pengungsian dan perlindungan berbagai kegiatan telah dilakukan, di antaranya tertuju pada sub-klaster hunian, perlindungan anak, WASH-air minum-penyehatan lingkungan, perlindungan lansia dan kelompok berisiko tinggi, dan dukungan psikososial.
Dukungan klaster tersebut dikoordinasikan dengan Pospenas, Pos Terpadu (Pos Pendamping Provinsi) dan Posko yang ada di kabupaten dan kota terdampak di tiga provinsi.
Secara terkoordinasi, dukungan sumber daya klaster akan berjalan efektif dan efisien untuk membantu pemerintah daerah. []