Pilihan Senin, 06 Juni 2022 | 16:06

Cerita Rupiah tentang Nyai Kalipah Pewaris Gerabah di Magelang Jawa Tengah

Lihat Foto Cerita Rupiah tentang Nyai Kalipah Pewaris Gerabah di Magelang Jawa Tengah Proses pembuatan gerabah di Desa Wisata Klipoh, Magelang, Jawa Tengah. (Foto: Kemenparekraf)
Editor: Tigor Munte

Magelang - Rupiah, seorang perajin gerabah tak jauh dari kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Dia satu dari sekian warga Desa wisata gerabah yang setia dengan pekerjaannya, membuat gerabah. Produk kreatif hasil warisan nenek moyang mereka, secara turun temurun.

Nama desa mereka adalah Desa Wisata Klipoh. Sebuah desa yang menyimpan cerita sejarah lahirnya gerabah di Jawa Tengah. 

Lokasinya berjarak 3 kilometer dari Candi Borobudur. Desa ini di Karanganyar, Kecamatan Borobudur.

Rupiah, mengisahkan bahwa gerabah menjadi salah satu peninggalan berharga bagi masyarakat Desa Klipoh. 

Sejarah terbentuknya Desa Klipoh berkaitan erat dengan perkembangan kerajinan gerabah. 

"Desa ini berkaitan dengan kerajinan gerabah, dan munculnya gerabah ini juga berbarengan dengan dibangunnya Candi Borobudur," ujar Rupiah. 

Rupiah tampak lihai menjalankan tepian alat pemutar gerabah yang berbentuk lingkaran pipih.

Selama alat berputar, kedua tangannya terampil membentuk dan menghaluskan tanah liat di atasnya.

Rupiah bertutur, bermula ketika munculnya seorang perempuan di sebuah alas (hutan). Seorang janda yang memiliki gelar tinggi dari Kerajaan Medang. 

Dia meninggalkan istana dan kabur ke hutan menyusul adanya konflik di internal kerajaan. Bersama para pendhereknya (pengikutnya).

Hingga kemudian tiba di sebuah daerah yang kini disebut Klipoh dan menjadi tempat tinggalnya. 

Dapat dilihat dari tekstur tanah dan kedekatan dengan sumber air. 

Karena alasan itu lantas warga sekitar memberi nama kepada perempuan tersebut dengan sebutan Nyai Kalipah. 

Rupiah, perajin Gerabah di Magelang, Jawa Tengah. (Foto: Kemenparekraf)

“Kalipah sendiri terdiri dari dua kata, yakni kali dan pohe. Kali berarti sungai dan pohe berarti tempatnya, sehingga Kalipah memiliki makna yaitu sungai sebagai tempat tinggalnya,” ujar Rupiah.

Baca juga:

G-Land di Banyuwangi, Nomor 3 Ditonton Terbanyak di Dunia

Tangan kanan Rupiah menghaluskan adonan tanah dengan kertas, dan tangan kirinya mengatur ritme putaran mesin manual.

Dia menjelaskan bahwa Nyai Kalipah adalah orang pertama yang mengajarkan dan mengembangkan gerabah di wilayahnya. 

Karena keahliannya membuat gerabah, Nyai Kalipah memimpin para pengikutnya untuk membangun perkampungan yang diberi nama Desa Klipoh. 

Sampai saat ini kerajinan gerabah terus bertahan di Dusun Klipoh.

Proses pembuatan gerabah. (Foto: Kemenparekraf)

“Begitu mulanya, sampai akhirnya dari dahulu hingga sekarang gerabah menjadi mata pencaharian masyarakat sini. Masyarakat kami hidup dari penjualan gerabah,” kata Rupiah dikutip dari laman Kemenparekraf, Senin, 6 Juni 2022.

Pembuatan gerabah di Desa Klipoh pun menggunakan teknik yang masih sederhana berdasarkan pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun.

Kegiatan dan proses pembuatan gerabah yang diwariskan secara turun-temurun ini terukir pada salah satu relief Borobudur.

Daya Tarik Wisata

Industri gerabah di Desa Wisata Klipoh telah dikembangkan agar menjadi daya tarik wisata di sekitar Borobudur. 

Beberapa hotel di sekitar kawasan Candi Borobudur memiliki paket kunjungan ke Desa Klipoh.

Rupiah bersama sang kakak pun memanfaatkan peluang tersebut untuk mengembangkan kerajinan gerabahnya. 

Melalui Galeri Sani Pottery, Rupiah dapat memproduksi kerajinan gerabah, sekaligus menghadirkan wisata edukasi. 

Wisatawan yang datang bukan hanya bisa membeli barang-barang hasil produksi, tapi juga bisa mempraktikkan teknik membuat gerabah secara tradisional. 

Namun, yang menjadi tujuan utama Rupiah dengan adanya Galeri Sani Potter ini ia bisa mempertahankan warisan leluhur serta mengedukasi sejarah gerabah di Desa Wisata Klipoh. 

Menurut dia, bagi masyarakat Desa Klipoh, gerabah menjadi tulang punggung ekonomi. Betul, keuntungan membuat gerabah tidaklah besar. 

Tetapi masyarakat Klipoh tetap bersemangat mempertahankan warisan leluhur yang telah bertahan selama belasan abad. 

"Salah satu yang kami lakukan adalah menjadikan galeri ini tempat produksi dimana wisatawan bisa belajar di sini juga,” ujar Rupiah. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya