Jakarta - Generasi muda Indonesia, khususnya Gen-Z di Subang, menunjukkan cara unik dalam mengekspresikan kepedulian terhadap sesama.
Berbeda dengan aksi protes yang kerap dilakukan generasi muda di negara lain seperti Nepal dengan cara-cara ekstrem, Gen-Z Subang memilih jalur yang lebih damai namun penuh makna.
Di Pesantren Mumtaz Mizani Subang, puluhan anak muda berkumpul dalam sebuah doa bersama untuk mendoakan korban musibah yang terjadi di Bali.
Kegiatan ini menjadi simbol persatuan bahwa meski terpisah jarak geografis, hati mereka tetap terhubung dengan nasib saudara sebangsa.
"Doa ini bukan sekadar ritual, tapi wujud nyata kepedulian kami terhadap sesama," ujar salah seorang peserta doa bersama.
Aksi kepedulian Gen-Z Subang tidak berhenti pada doa semata. Mereka melanjutkan dengan gerakan nyata berupa penggalangan donasi untuk membantu korban musibah.
Tak hanya itu, mereka juga menggelar aksi bersih-bersih lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab preventif agar bencana serupa dapat diminimalisir di masa mendatang.
Meski dikenal dengan sikap peduli dan damai, Gen-Z Subang tetap mempertahankan sikap kritis mereka. Mereka tidak ragu menyuarakan kritik terhadap berbagai persoalan bangsa, mulai dari isu perampasan aset koruptor yang dinilai belum optimal, kinerja pejabat yang dianggap kurang responsif, hingga beban pajak yang dirasa memberatkan masyarakat.
Kepedulian yang dibarengi dengan sikap kritis ini menunjukkan karakteristik unik Gen-Z Indonesia. Mereka hadir sebagai generasi yang tidak hanya peduli terhadap sesama, tetapi juga berani memperjuangkan masa depan bangsa dengan cara-cara yang konstruktif.
Dari Subang, suara doa dan harapan untuk Bali serta kedamaian Indonesia terus bergema, menjadi bukti bahwa generasi muda Indonesia memiliki cara tersendiri dalam menunjukkan nasionalisme dan kepedulian sosial.[]
