Jakarta - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dinilai sedang memainkan strategi efek ekor jas saat mendeklarasikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres), demi meningkatkan suara partai pada Pemilu 2024.
Mengingat sejauh ini hasil survei PSI untuk Pemilu 2024 masih di bawah 2 persen. Terakhir CSIS pada 26 September 2022 menyebutkan PSI hanya meraih 0,8 persen.
Wasis tidak memungkiri dengan dideklarasikannya Ganjar sebagai capres, PSI di saat yang sama sedang melakukan `belanja` elektoral.
Baca juga: PSI Dinilai Ingin Bantu Ganjar Dapatkan Kendaraan Politik Pasti
"Saya pikir itu ada benarnya, ada strategi efek ekor jas yang coba digunakan oleh PSI dengan menominasikan Ganjar Pranowo," kata Wasis kepada Opsi dikutip Kamis, 6 Oktober 2022.
Dalam konteks ini kepopuleran dan tingginya elektoral Ganjar betul-betul dimanfaatkan oleh PSI.
"Di tengah ketidakpastian yang belum tentu soal nominasi Ganjar Pranowo oleh PDIP, maka PSI memanfaatkan kemelut ini untuk kepentingan elektabilitas," katanya.
Baca juga: PSI Disarankan Gaet Sosok Populer untuk Pemilu 2024, Ganjar Pranowo Cocok?
Kemelut yang Wasis maksudkan adalah sejauh ini PDIP lebih condong mendorong Puan Maharani sebagai capres untuk Pemilu 2024.
Hal ini tentu berbeda dengan kemauan banyak relawan Ganjar yang menginginkan Gubernur Jawa Tengah itu menjadi suksesor Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden RI.
"Saya akui memang nominasi Puan Maharani ini belakangan agak kuat di PDIP, namun itu belum kata final sebelum ketum memutuskan," tuturnya.
Baca juga: Dideklarasikan Jadi Capres, Ganjar Ngaku Belum Komunikasi dengan PSI
Sinyal PSI menggaet Ganjar Pranowo sebagai tokoh populer pun tetap ada. Sebab, partai yang identik dengan anak muda itu pasti menargetkan dapat jatah kursi DPR pada Pemilu 2024.
"Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Kita lihat saja nanti seperti apa episode berikutnya," tuturnya.
Menurut Wasis, wajar saja apabila Ganjar Pranowo hingga kini tak mau terlalu menanggapi serius ihwal dideklarasikan dirinya sebagai capres oleh PSI.
"Mungkin juga tidak mau bersuara yang itu malah jadi bumerang politik. Ya saya pikir lebih menjaga hati kebatinan PDIP," tutur Wasis memungkasi. []