News Minggu, 23 Januari 2022 | 17:01

Demoralisasi di TNI Pasca Penunjukan Maruli Simanjuntak Jadi Pangkostrad

Lihat Foto Demoralisasi di TNI Pasca Penunjukan Maruli Simanjuntak Jadi Pangkostrad Mayjen TNI Maruli Simanjuntak. (Foto:Opsi/Istimewa)

Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI, Effendi Simbolon berbicara demoralisasi di TNI pasca penunjukan Mayjen Maruli Simanjuntak sebagai Pangkostrad oleh Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Diketahui, Mayjen Maruli Simanjuntak merupakan menantu Menteri Koordinator Maritim dan investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Awalnya Effendi mengatakan penunjukan Mayjen Maruli atas pertimbangan objektif dan subjektif Jenderal Andika dan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Menurutnya, sosok yang dipilih menduduki posisi strategis di TNI lantaran adanya kedekatan dengan Presiden Jokowi. Dia berpandangan, hal ini dapat mempengaruhi psikologis prajurit TNI lainnya.

"Secara objektif dan subjektif pasti itu menjadi pertimbangan Panglima dan KSAD dan panglima tertinggi presiden. Kita so far percayakan itu suatu keputusan yang tepat tetapi jangan kemudian ini tidak mendengar, melihat, bahwa ini mempengaruhi juga psikologis dari prajurit sendiri, perwira sendiri, mereka-mereka itu kan pasti punya rasa juga," kata Effendi seperti dikutip, Minggu, 23 Januari 2022.

Terlebih dahulu, lanjut dia, penempatan seseorang pada posisi-posisi strategis itu harus dipertimbangkan. Sebab, masih banyak prajurit TNI yang tidak dekat dengan Presiden Jokowi, memiliki kemampuan yang mumpuni dalam memimpin.

"Apa iya hanya mereka-mereka saja yang punya kesempatan? Apa iya karena mereka yang dekat melayani presiden saja yang punya kesempatan? Apa kami kalau tidak kenal presiden tidak punya kesempatan. Itu harus juga dibangun untuk menampung aspirasi yang berkembang walaupun kita tahu Jendral Dudung itu kedekatannya belum lama. Tapi oleh karena hal yang oleh presiden dilihat memang dibutuhkan, maka beliau dipilih menjadi Pangkostrad kemudian diangkat sebagai KSAD," ujarnya.

Oleh sebab itu, politisi PDI Perjuangan ini berharap ke depan TNI bisa mengedepankan manajemen meritokrasi dalam memilih prajurit yang akan ditempatkan pada jabatan strategis. Sehingga jiwa korsa yang sehat tetap dapat terbangun di tubuh TNI

"Memang tidak semua (dekat dengan presiden) tapi lebih baik lah TNI harus menjadikan masukan untuk lebih mengedepankan manajemen yang berbasis meritokrasi. Siapapun dia sepanjang hasil rekamnya bagus ya go a head. Mereka adalah para prajurit pejuang yang punya kepastian, pengabdian dan loyalitas yang prima agar terbangun korsa itu yang sehat," tuturnya.

Menurutnya, jika yang ditunjuk mengisi jabatan strategis hanya orang tertentu saja, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kerusakan moral atau demoralisasi di TNI. Dia berharap hal tersebut bisa menjadi perhatian.

"Kalau orangnya itu-itu aja itu kan pasti terjadi demoralisasi. Nah ini kan akan mengganggu keberlangsungan TNI itu sendiri. Jadi itu juga harus jadi perhatian kita semua, perhatian presiden khususnya di TNI ya. Bagaimanapun kita tahu lah suara hati mereka-mereka yang satu angkatan apalagi yang lintas angkatan. Mereka harus harmoni, kita terbuka saja lah siapapun pasti ingin jenderal lah, siapa sih nggak ingin jenderal dan menjabat juga jabatan-jabatan strategis," katanya.

Diberitakan sebelumnya, penunjukan Mayjen Maruli sebagai Pangkostrad berdasarkan surat keputusan yang ditandatangani Jenderal Andika Perkasa pada Jumat, 21 Januari 2022 kemarin.

Keputusan itu tertuang dalam Surat Keputusan Jabatan 328 Perwira Tinggi TNI melalui Keputusan nomor 66/I/2022 tanggal 21 Januari 2022 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan Dalam Jabatan di Lingkungan TNI. Surat ditandatangani oleh Jenderal Andika.

"Pangkostrad (dijabat oleh Mayjen TNI Maruli Simanjuntak)," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Prantara Santosa dalam keterangannya, Sabtu, 22 Januari 2022.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya