Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengaku kebijakan ekonomi pemerintahannya berpihak pada rakyat.
Hal itu dia katakan saat berpidato di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF).
Kegiatan itu digelar di Expo Forum Convention and Exhibition Centre, St. Petersburg, Rusia pada Jumat, 20 Juni 2025.
Di situ, Prabowo memaparkan empat prioritas utama pemerintahannya, yakni swasembada pangan, swasembada energi, peningkatan mutu pendidikan, dan percepatan industrialisasi nasional.
Prabowo kemudian mengkritisi penerapan filosofi ekonomi neoliberal yang selama ini banyak diikuti oleh elite Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Hasilnya, kita belum berhasil menciptakan kesetaraan kesempatan bagi seluruh rakyat,” katanya dilansir dari laman setkab, Sabtu, 21 Juni 2025.
Dia mengakui pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tujuh tahun terakhir mencapai angka rata-rata 5 persen per tahun. Sayangnya, pertumbuhan tersebut belum dinikmati secara merata.
Prabowo menegaskan bahwa setiap negara harus memiliki filosofi ekonomi sendiri yang selaras dengan budaya dan karakter bangsanya.
“Jalan yang kami pilih adalah jalan tengah. Kami akan menggunakan kreativitas dari kapitalisme, inovasi, dan inisiatif,” jelasnya.
BACA JUGA: Prabowo–Trump Bicara 15 Menit, Komitmen Pererat Kemitraan Bilateral
Dia menyinggung perlunya intervensi pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan melindungi kelompok masyarakat yang rentan.
Bahaya yang mengintai negara berkembang seperti Indonesia, yakni terjadinya state capture—kolusi antara kekuatan modal besar dengan pejabat pemerintah dan elite politik yang justru menghambat pemerataan kesejahteraan.
Kolusi semacam itu kata dia, justru tidak menghasilkan pengentasan kemiskinan maupun perluasan kelas menengah.
Itu sebabnya Indonesia menurut dia, memilih filosofi ekonomi yang sederhana namun kuat: kebaikan sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya rakyat. []