Pilihan Jum'at, 07 Januari 2022 | 23:01

DPR: Pemerintah Korbankan Devisa untuk Amankan Pasokan Listrik

Lihat Foto DPR: Pemerintah Korbankan Devisa untuk Amankan Pasokan Listrik Anggota Komisi VII DPR RI, Lamhot Sinaga.(Foto:Opsi/Istimewa)

Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI, Lamhot Sinaga menilai pemerintah telah mengambil langkah pahit dengan mengorbankan devisa negara dalam rangka mengamankan pasokan listrik untuk masyarakat Indonesia.

Lamhot berpandangan, pilihan sulit ini menghilangkan puluhan miliar dolar Amerika Serikat (AS) per bulan yang didapat hanya dari ekspor batu bara.

"Jadi mau tidak mau kita kehilangan puluhan miliar US Dolar. Batu bara ini kan satu komoditas yang saat ini harganya sangat tinggi di market," kata Lamhot di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Januari 2022.

"Kalau hari ini kita bisa ekspor harusnya buat devisa banyak didapat, tetapi ini harus kita korbankan. Jadi ini langkah yang sangat pahit yang dilakukan pemerintah. Langkah terakhir," sambungnya.

Oleh sebab itu, politisi Partai Golkar ini meminta PT PLN untuk mengamankan pasokan batu bara, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.

Selain itu, dia juga meminta agar infrastruktur dasar seperti dermaga khusus batu bara (jetty) dan sebagainya, harus diperhatikan.

Dengan begitu, lanjutnya, tata kelola batu bara dapat diperhatikan sebaik mungkin.

"Itu juga tata kelolanya harus diperbaiki semaksimal mungkin," ujarnya.

Dia mengatakan, salah satu persoalan tata kelola yang harus diperbaiki PT PLN adalah kontrak bisnis yang hanya mengandalkan jangka pendek seharusnya dengan dilakukan jangka panjang.

Katanya, kalau kontraknya bersifat jangka pendek, maka perusahaan batu bara lebih memilih untuk melakukan ekspor daripada pemenuhan dalam negeri karena harga di dunia internasional sangat tinggi.

"Sedangkan PLN tidak mampu berkompetisi secara kontrak bisnis jangka panjang, itu satu kelemahannya di PLN," tuturnya.

Belajar dari polemik larangan ekspor ini, Lamhot mendesak pemerintah untuk lakukan kontrak bisnis jangka panjang dengan para perusahaan batu bara tersebut.

Jika terus mengandalkan kontrak jangka pendek, maka sampai kapan pun akan terus mengalami defisit pasokan batu bata karena harga di pasar internasional lebih tinggi.

"Tetapi kalau kontraknya jangka panjang, berarti perusahaan itu akan terikat. Makanya lagi-lagi saya bilang bahwa perencanaan pasokan batu bara di PLN itu sangat kacau. Itu yang perlu dibenahi pasca kejadian ini," ucap Lamhot Sinaga.

Diketahui, semester kedua 2021 hingga awal tahun 2022, batu bara menunjukkan tren kenaikan harga. Harga Batu Bara Acuan (HBA) bulan September 2021 hingga ke angka 150,03 dolar AS per ton.

Angka ini naik 19,04 dolar AS per ton dibanding HBA bulan Agustus 2021 yang mencapai angka 130,99 per ton. Pada November 2021 HBA kembali meroket menembus 215,1 dolar AS per ton.

HBA Desember 2021 anjlok ke posisi 159,79 dolar AS per ton atau turun 25,7 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Meskipun pada Desember 2021 HBA turun, akan tetapi masih menunjukkan harga yang tinggi. Turunnya HBA pada Desember 2021 karena Tiongkok meningkatkan produksi batu baranya, setelah bulan-bulan sebelumnya kekurangan produksi akibat kecelakaan. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya