News Sabtu, 10 Mei 2025 | 17:05

Empat Pemimpin Eropa Hadir di Kyiv Saat Rusia Rayakan Kemenangan

Lihat Foto Empat Pemimpin Eropa Hadir di Kyiv Saat Rusia Rayakan Kemenangan Sejumlah pemimpin Eropa melakukan kunjungan diplomatik rayakan kemenangan Rusia.

Jakarta – Di hari ketika Vladimir Putin memimpin parade militer raksasa memperingati 80 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi di Moskow, empat pemimpin negara Eropa muncul di Kyiv dengan satu pesan: gencatan senjata, sekarang juga.

Keempatnya—Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Friedrich Merz, dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk—menempuh perjalanan darat bersama menggunakan kereta api menuju Kyiv, Ukraina, Jumat, 9 Mei 2025.

Kunjungan itu menciptakan kontras mencolok dengan perayaan kekuatan militer yang dipertontonkan Putin di Lapangan Merah, Moskow.

Kehadiran bersama para pemimpin Eropa itu bukan hanya simbol solidaritas, tetapi juga intervensi diplomatik yang disengaja. Ini kali pertama dalam perang tiga tahun Ukraina-Rusia, empat pemimpin negara besar Eropa bepergian bersama ke Kyiv.

Dalam pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, mereka mendesak Rusia untuk menyetujui gencatan senjata penuh selama 30 hari tanpa prasyarat, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat.

“Bersama AS, kami menyerukan Rusia untuk menyetujui gencatan senjata 30 hari penuh dan tanpa syarat,” bunyi pernyataan bersama mereka, seperti dikutip dari Reuters.

Tak hanya diplomasi, keempatnya juga melakukan penghormatan di tugu peringatan di pusat Kyiv, menundukkan kepala mengenang tentara Ukraina yang gugur.

Pada hari yang sama, mereka juga menggelar pertemuan virtual dengan para pemimpin negara lain pendukung Ukraina, untuk membicarakan rencana pascaperdamaian dan dukungan terhadap regenerasi militer Ukraina.

Sementara itu di Moskow, Putin menggelar parade militer yang dihadiri sejumlah pemimpin dunia sahabat Rusia, termasuk Presiden China Xi Jinping, Presiden Brasil Lula da Silva, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, hingga Mahmoud Abbas dari Otoritas Palestina.

Daftar tamu ini lebih padat dari tahun-tahun sebelumnya, menandai semakin kokohnya blok tandingan terhadap Barat.

Kunjungan ke Kyiv bertepatan dengan hari terakhir gencatan senjata tiga hari (8–10 Mei) yang diumumkan secara sepihak oleh Moskow. Kyiv menolak langkah tersebut dan menyebutnya sebagai “kepura-puraan”.

Dalam percakapan dengan Presiden AS Donald Trump sehari sebelumnya, Zelenskiy menekankan bahwa gencatan senjata selama sebulan akan menjadi bukti nyata keseriusan Rusia menuju perdamaian.

“Kyiv siap menerapkannya segera,” katanya.

Kanselir Merz, yang baru saja menjabat pekan ini, menegaskan bahwa bola kini ada di tangan Moskow.

“Keputusan apakah gencatan senjata bisa diperpanjang mulai awal minggu depan berada sepenuhnya di sana,” ujarnya.

Namun Kremlin belum sepenuhnya menutup pintu. Juru bicara Dmitry Peskov menyatakan Rusia “akan mempertimbangkan” usulan gencatan senjata selama 30 hari, namun dengan syarat-syarat tertentu yang belum dijelaskan.

Kehadiran dua blok pemimpin dunia pada dua kota berbeda—Kyiv dan Moskow—di hari yang sama, menunjukkan bahwa medan perang Ukraina bukan lagi sekadar pertempuran militer, melainkan juga perebutan pengaruh, persepsi, dan simbol.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya