Daerah Senin, 11 Agustus 2025 | 23:08

Ephorus HKI Berikan 'Boras Sipir Ni Tondi' ke Warga Korban Kekerasan TPL di Toba

Lihat Foto Ephorus HKI Berikan 'Boras Sipir Ni Tondi' ke Warga Korban Kekerasan TPL di Toba Sejumlah pimpinan gereja di Sumut bersama warga Masyarakat Adat Natinggir di Kabupaten Toba, Sumut, Senin, 11 Agustus 2025. (Foto: KSPPM)
Editor: Tigor Munte

Pematangsiantar - Ephorus Huria Kristen Indonesia atau HKI Pdt Firman Sibarani MTh bersama sejumlah pimpinan gereja di Sumatra Utara memberikan `boras sipir ni tondi` kepada warga Masyarakat Adat Natinggir korban kekerasan karyawan PT Toba Pulp Lestari atau PT TPL.

Kegiatan berlangsung di Desa Simare, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba pada Senin, 11 Agustus 2025.

Pemberian `boras sipir ni tondi` sebagai simbol dan doa pengharapan agar Tuhan senantiasa menguatkan hati dan langkah Masyarakat Adat Natinggir dalam memperjuangkan hak atas tanah dan kehidupan mereka.

Sebelumnya, para pimpinan gereja dari berbagai denominasi, aktivis HAM dan anggota DPRD Toba datang ke Natinggir untuk memberikan penguatan dan dukungan moral kepada masyarakat yang baru saja mengalami kekerasan.

Acara diawali dengan ibadah singkat, mengajak seluruh yang hadir untuk berserah diri kepada Tuhan di tengah situasi sulit.

BACA JUGA: Pimpinan Gereja di Sumut Sepakat: Tutup TPL

Setelah itu, para pimpinan gereja mendengarkan langsung kesaksian warga mengenai peristiwa tragis yang terjadi pada Kamis, 7 Agustus 2025 lalu.

Tangis haru mewarnai suasana ketika masyarakat menceritakan kronologis kejadian, kerugian yang dialami, serta rasa takut yang masih membekas hingga kini.

Diketahui peristiwa sebelumnya, PT TPL melalui ratusan karyawannya melakukan penggusuran disertai kekerasan terhadap warga Masyarakat Adat Natinggir pada Kamis, 7 Agustus 2025.

Para karyawan perusahaan milik Sukanto Tanoto itu berusaha menanami eukaliptus di lahan pertanian Masyarakat Adat Natinggir. 

Masyarakat berupaya menghentikan aksi tersebut, mendapat berbagai tindakan kekerasan, hingga beberapa orang mengalami luka, termasuk dugaan serangan kepada anak-anak. 

Para buruh PT TPL melempari rumah-rumah warga dengan batu, padahal anak-anak sedang berada di rumah yang diserang.

Empat staf KSPPM yang sedang mendampingi di Natinggir turut menjadi sasaran TPL dalam penggusuran ini. 

Dilaporkan, tercatat tiga warga Natinggir menjadi korban. Satu di antaranya harus dirujuk ke RSU Balige karena kondisinya kritis. 

Enam rumah mengalami kerusakan akibat dilempari batu. Satu rumah yang juga berfungsi sebagai warung dijarah; uang tunai dan jajanan di dalamnya turut hilang.  []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya