Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta agar masyarakat tidak lagi membanding-bandingkan harga BBM Indonesia dengan negara lain yang menjual BBM dengan harga lebih murah, karena negara-negara itu mayoritas masih menghasilkan minyak.
"Indonesia sudah (menjadi) negara impor BBM dari tahun 2003, ini kadang-kadang yang kita persepsinya itu belum menyadari karena dulu kita selalu ingat kita negara OPEC," kata Erick di Graha Pertamina, Jakarta, Rabu, 7 September 2022.
Menurut Erick, jumlah penduduk Indonesia juga terus bertambah dan pengguna mobil juga pastinya bertambah. Hal ini membuat penggunaan BBM meningkat.
Baca juga: Erick Thohir: Alokasi Subsidi Energi Bisa Danai Proyek Strategis Nasional
"Dari berapa ratus juta (dulu) sekarang 273 juta, mobil tambah yang artinya penggunaan BBM meningkat. Belum lagi industri petrochemical membutuhkan crude oil yang kita produksi untuk plastik, baju, dan lain lain. Dengan hal seperti itu, suka tidak suka kita harus mulai mengefisienkan impor, harus juga mengurangi ketergantungan dengan BBM," ucapnya.
Erick Thohir berjanji menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) Pertamina, dengan syarat jika minyak mentah dunia mengalami penurunan harga.
"Banyak yang bicara, nanti kalau harga minyak dunia turun seperti apa? Pasti kami turun," ujar dia.
Baca juga: Presiden Jokowi Instruksikan Seluruh PSN Selesai Sebelum 2024
Erick mengatakan harga minyak mentah dunia sekarang senilai 95 dolar AS per barel, jika nanti turun ke angka 75 dolar AS per barel, maka pertamax akan menyesuaikan dengan harga pasar yang artinya harga pertamax bisa turun. Namun, tidak untuk solar dan pertalite, karena kedua BBM itu disubsidi.
"Tapi apakah solar dan pertalite itu nanti harga pasar? ya enggak bisa, (tetap) subsidi," kata Erick.
Berdasarkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 yang telah disepakati oleh Badan Anggaran DPR bersama pemerintah pada 9 September 2021 lalu, nilai asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) tahun ini adalah sebesar 63 dolar AS per barel.
Harga ICP yang terus melambung akibat kondisi geopolitik global membuat beban APBN meningkat karena Indonesia masih mengimpor minyak sekitar 700 ribu barel minyak per hari untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. []