News Rabu, 22 Februari 2023 | 09:02

F1 Powerboat di Danau Toba Abaikan Kearifan Lokal dan Kepentingan Masyarakat

Lihat Foto F1 Powerboat di Danau Toba Abaikan Kearifan Lokal dan Kepentingan Masyarakat F1 Powerboat di Balige, Kabupaten Toba, Sumatra Utara. (Foto: Ist)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 (F1) Powerboat digelar di Balige, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, Jumat sampai Minggu, 24-26 Februari 2023. 

Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) selain melihat sisi positif, juga mengkritik event ini terkait sejumlah hal.  

Ketua YPDT Maruap Siahaan menuding penyelenggaraan F1 Powerboat dipersiapkan terburu-buru.

Sehingga kajiannya dangkal, menihilkan kearifan lokal, dan manfaatnya pun minim untuk masyarakat Kawasan Danau Toba.

“F1 Powerboat diselenggarakan terkesan terburu-buru sekali. Persiapannya pendek, sehingga kurang memperhatikan kearifan lokal Danau Toba dan kepentingan masyarakat setempat sekitar lokasi pelaksanaan kegiatan,” kata Maruap dalam pernyataan tertulis diterima Opsi pada Rabu, 22 Februari 2023. 

Dia mengungkap salah satu dampak negatif, berupa penggusuran warga dan pedagang di pusat kegiatan, yakni Lapangan Sisingamangaraja, dan Pelabuhan Napitupulu, Balige.

Ada juga klaim komunal marga Napitupulu akan tanah di lokasi acara. 

Aksi warga korban penggusuran di Balige, Kabupaten Toba, terkait event F1 Powerboat, 12 Januari 2023. (Foto: Ist)

“Tanpa menggubris tanah komunal Napitupulu, pemerintah langsung saja membangun di lokasi. Ini tanpa mempertimbangkan hak komunal Napitupulu. Karena sifatnya tergesa-gesa, event hanya 30 menit  ini membuat rasa keadilan turun-temurun terabaikan,” kata Maruap.

BACA: Rampung Sudah Pembangunan Venue F1 Powerboat di Danau Toba

YPDT juga menduga secara ekonomis event ini tidak menguntungkan. Kalaupun ada perputaran ekonomi di Kawasan Danau Toba, sifatnya domestik, yakni perputaran uang dari dan oleh warga di Kawasan Danau Toba. 

"Justru kontrak dengan Formula One, kita keluar devisa. Padahal lazimnya, pariwisata justru menghasilkan devisa,” kata Maruap.

F1 Powerboat diselenggarakan Union Internationale Moto Nautique (UIM) selaku badan internasional yang mengatur perahu listrik berkedudukan di Monako, berkolaborasi dengan H2O Racing, sehingga kerap disebut sebagai F1H2O. 

terlalu fokus balapan

Maruap kemudian juga mempersoalkan F1 Powerboat hanya fokus pada acara balapan. Sementara masalah sosial dan lingkungan, misalnya, banjir di Balige yang disebabkan gorong-gorong tidak pernah diurus. 

Dampak penebangan hutan di sekitar menjadi penyebab banjir. “Oleh karena event tiga hari, semua itu luput dari perhatian pemerintah,” katanya.

Salah satu ruas jalan dan kondisi drainase di Balige. (Foto: Ist)

Maruap mengutip pernyataan Kementerian Pariwisata bahwa kegiatan pariwisata merupakan pengembangan portofolio adat-istiadat dengan porsi 65 persen. 

Sehingga karya kreatif budaya justru yang paling utama ditampilkan untuk menjaring pariwisata asing. 

F1 Powerboat ini, adalah event yang tidak dinikmati orang luar negeri. Orang Eropa misalnya, sudah terbiasa melihat balapan F1. 

"Orang desalah yang menggemarinya. Di sisi lain, orang desa di kawasan Danau Toba sudah terbiasa dengan skala boat yang lebih kecil,” katanya. 

BACA JUGA: F1 Powerboat di Toba, Ini Permintaan Luhut Binsar Pandjaitan kepada Orang Batak

Mestinya ujar dia, pemerintah mengadakan perlombaan tradisional yang punya istiadat yakni solu bolon, sampan atau perahu dayung dengan tanpa emisi. 

Kegiatan lomba solu bolon, diharapkan melibatkan banyak pihak, dan mengundang orang luar. 

"Ini baru disebut ecotourism, kegiatan perspektif lokal yang menarik minat wisatawan mancanegara," tukasnya.

Persoalan lain menurutnya, mengenai souvenir atau kerajinan yang dibuat terburu-buru. Patut diduga didesain dan diproduksi orang luar. 

Sehingga penduduk setempat Kawasan Danau Toba tidak sempat memproduksi, dan akhirnya menjadi sebagai konsumen. 

Karena sudah ada produk-produk yang lebih siap didatangkan dari luar, maka orang setempat tidak mendapat manfaat ekonomi dan karya kreativitas.

F1 Powerboat ini diurusi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Tapi kesannya, Kemenpora justru mengurusi orang asing dengan menggunakan APBN. 

F1 Powerboat ini melibatkan banyak orang luar. Tidak ada pesertanya dari lokal. 

"Pertanyaannya, apakah pemerintah menggerakkan pembangunan di Danau Toba secara jangka pendek?" kata Maruap.

dibebani tiket

Banyak orang datang ke kawasan Danau Toba merupakan hal bagus. Maruap menganggap hal itu sisi positif pagelaran F1 Powerboat. 

“Tapi pertanyaan saya, kalau event tidak berkesinambungan, apakah balik modal? Apakah setelah 5 hari atau 20 hari dari event ini, secara bisnis, apakah menguntungkan atau justru kerugian karena utang? Sebab event pasti ada biaya. Beli perlengkapan dan peralatan, tenda, meja, dll. Pendatang ini hanya nonton event yang 30 menit. Berarti kalau datang tanggal 22, atau 23 Februari sampai dengan 28 Februari. Hanya lima hari, menghabiskan biaya ratusan miliar. Ini tidak masuk akal,” katanya.

BACA JUGA: Minim Promosi F1 Powerboat Danau Toba, Opung Luhut Tiga Kali Ditegur Jokowi

Ia juga mengkritik panitia kurang peduli terhadap masyarakat setempat. Warga, yang turun-temurun mengurus Danau Toba, tiba-tiba diminta menonton acara internasional yang didanai APBN, tetapi masyarakat diminta membayar. 

Infografis penjualan tiket F1 Powerboat Danau Toba. (Foto: Inews)

Menonton dari Bukit Pahoda, beli tiket berbayar Rp 50.000, dan di tribun utama berbayar Rp 500 ribu. 

Kalau begini, kata dia, Danau Toba bukan lagi milik masyarakat setempat, melainkan milik orang luar. Pemilik modal. Padahal selama ini, masyarakat setempat yang diminta menjaga Danau Toba. 

"Tapi saat event, mereka tidak dapat dapat menonton, melainkan yang menikmati acara hanya pemilik modal. Inilah invasi rasa keadilan bagi masyarakat setempat oleh pemilik modal,” ujar Maruap. 

Dalam ajang ini terdapat 20 powerboat yang akan berlomba. Sekilas, tidak terasa dampaknya. Tapi kalau terus-menerus dilakukan, maka F1 Powerboat ini bukan acara menarik. Sebab kearifan lokal, solu bolon, akan tergantikan.

Dengan adanya F1 Powerboat, perikanan keramba apung Aquafarm, ketidaksiapan pengelolaan sampah, justru merusak ekosistem Danau Toba. 

Marupa menyebut, pernah beberapa kali ke Halong Bay, Vietnam. Di laut saja, banyak sampah berserakan. Apalagi ada event internasional digelar di Danau Toba. 

"Jadi kegiatan ini menambah beban ekosistem Danau Toba," ujarnya. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya