Medan - Sekelompok perempuan yang dikenal sebagai aktivis lingkungan hidup melakukan aksi unik di perairan Danau Toba pada Rabu, 20 Juli 2022.
Aksi tersebut digelar di tengah perhelatan Woman 20 atau W20 Summit yang dihadiri sekitar 16 negara utusan di Hotel Niagara Parapat, 19-21 Juli 2022.
Aksi para perempuan di kawasan Danau Toba berupa membentangkan sejumlah spanduk dengan pesan-pesan khusus.
Dengan menaiki kapal motor kayu, spanduk-spanduk berisi pesan itu dipajangkan di perairan Danau Toba hingga menarik perhatian.
Dikutip dari laman Facebook KSPPM Parapat, disebutkan masih banyak konflik agraria yang belum diselesaikan dengan serius.
Atas nama pembangunan perampasan tanah terus terjadi. Selain perampasan tanah adat, kerusakan hutan dan lingkungan juga tidak serius ditangani.
Baca juga:
Masyarakat Adat Lamtoras Blokir Jalan, PT TPL Mengadu ke Polres Simalungun
Perampasan tanah yang dilakukan akibat kehadiran PT TPL merupakan pemiskinan struktural yang telah terjadi lebih dari tiga dekade, dan berkontribusi besar memperburuk kualitas hidup perempuan.
Spanduk raksasa di perairan Danau Toba pada Rabu, 20 Juli 2022. (Foto: Facebook)
Dalam status berikutnya tertulis bahwa forum wanita G20 dituduh mengecualikan warga asli Indonesia.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia Indonesia memprotes dialog untuk kesetaraan gender atas dugaan kegagalan untuk mengatasi masalah di Sumatra Utara.
"Greenpeace Indonesia dan organisasi masyarakat adat setempat, Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) menggelar aksi dengan spanduk mengambang raksasa selama konferensi W20 di Danau Toba, Parapat, Sumatera Utara. Aksi mendukung perempuan masyarakat adat melindungi hutan adat mereka di kawasan yang dirusak oleh PT Toba Pulp Lestari," demikian disebutkan dikutip Opsi.id. []