Jakarta - Presiden Jokowi akan mengikuti Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur pada Rabu, 1 Juni 2022.
Jokowi dan rombongan terbatas lepas landas menggunakan pesawat terbang RJ-85 melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Selasa, 31 Mei 2022 sekira pukul 13.30 WIB.
Setiba di Bandar Udara Haji Hasan Aroeboesman Ende, Kabupaten Ende, Jokowi dan Iriana akan langsung menuju tempatnya bermalam dan melanjutkan kegiatan kunjungan kerja keesokan harinya.
Kenapa harus di Ende, Presiden Jokowi menggelar peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni.
Ende
Ende adalah sebuah ibu kota Kabupaten Ende. Memiliki keberagaman suku dan agama. Bupati Ende saat ini H Djafar H Achmad.
Pada tahun 2021 jumlah penduduk Ende sebanyak 87.299 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.360 jiwa/km persegi.
Sebagian besar penduduknya beragama Kristen yakni 55,16 persen, dimana Katolik 49,24 persen dan Protestan 5,92 persen.
Sebagian besar lagi beragama Islam yakni 44,61 persen, dan sebagian kecil beragama Hindu yakni 0,20 persen dan Buddha 0,03 persen.
Kisah Soekarno
Bung Karno menjalani masa pembuangan di Ende selama empat tahun, 14 Januari 1934 sampai 18 Oktober 1939. Belanda membuangnya ke sana setelah keluar dari penjara Sukamiskin.
Selama delapan hari menumpang kapal, Bung Karno tiba di pengasingan itu. Putus korespondensi dengan para sahabatnya, membuat Soekarno banyak merenung.
Di Ende dia mendalami Islam, berinteraksi dengan pastor Katolik dan warga di sana. Sikap pluralisme pun kian kental dia rasakan.
Di Ende akhirnya Soekarno merancang lima butir yang menjadi dasar Pancasila di sebuah taman yang ada pohon sukunnya.
Saat itu dia berpikir negara ini harus memiliki ideologi yang merangkum berbagai aspek kebangsaan.
Kini taman itu dikenal sebagai Taman Renungan Bung Karno atau sering disebut Taman Renungan Pancasila.
Di taman tersebut, kini terdapat patung Soekarno karya pematung Hanafi dan diresmikan Wapres Boediono pada 2013.
Posisi duduk merenung di bawah pohon sukun bercabang lima sambil menatap ke arah laut.
Pohon sukun yang ada di Taman Renungan Bung Karno disebut Pohon Pancasila. Pohon yang ada saat ini adalah pohon yang ditanam pada 1981.
Pohon yang asli sudah tumbang sejak 1960. Saat ini, kawasan Taman Renungan Soekarno dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kreasi seni dan budaya, serta diskusi.
"Di kota ini kutemukan lima butir mutiara. Di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila," begitu tulisan prasasti di bawah pohon sukun.
Pohon Sukun?
Sukun tanaman yang mudah ditemukan di negara tropis. Menurut Litbang Pertanian Maluku, sebenarnya asal usul tanaman sukun ini belum jelas.
Namun, banyak yang mengenal sukun sebagai tanaman yang berasal dari Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Sukun sama sekali tidak memiliki biji. Buah sukun yang telah tua dapat diolah menjadi berbagai sajian, mulai dari direbus, digoreng, hingga diiris tipis menjadi keripik.
Tanaman dengan nama Artocarpus altilis (Parkinson) ini memiliki sebutan lokal seperti sake di Siam, dikenal sebagai breadfruit dalam bahasa Inggris dan di Malaysia banyak dikenal dengan nama Bandarase.
Pohon sukun memiliki tinggi rata-rata 12-15 meter dan ada yang mencapai hingga 30 meter.
Batang tanaman sukun ini memiliki karakteristik kayu yang lunak dengan tajuk yang rimbun dengan percabangan melebar ke samping.
Bentuk daun tanaman ini secara umum dibedakan menjadi tiga, yaitu daun berlekuk dangkal, sedang, dan berlekuk dalam.
Sukun dapat tumbuh di berbagai area, mulai dari dataran rendah, sedang, hingga dataran tinggi yang mencapai 600 mdpl.
Namun, untuk menjamin pertumbuhan sukun dengan baik, tanah yang gembur dengan banyak humus dapat menjadi tempat terbaik untuk pertumbuhan sukun.
Sukun merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh sepanjang tahun dan berkembang baik di daerah apa saja dengan rerata suhu sekitar 20 – 40 derajat celcius.[]