Pilihan Kamis, 25 Januari 2024 | 23:01

Indonesia Belum Punya SDM Unggul di Bidang Transportasi Seperti China

Lihat Foto Indonesia Belum Punya SDM Unggul di Bidang Transportasi Seperti China Indonesia China Youth Forum The Potential of Indonesia-China Cooperation From Jakarta-Bandung High-Speed Railway di Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2024. (Foto: Istimewa)

Jakarta - Head of Asian Pasific Committee Adi Harsono menyatakan bahwa Indonesia belum memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) kualitas S1 atau sarjana khusus transportasi. 

Sebab, di Tanah Air belum ada perguruan tinggi khusus transportasi. Sejauh ini, lanjutnya, baru ada kampus teknik secara umum.

Demikian disampaikan Adi Harsono di acara Indonesia China Youth Forum The Potential of Indonesia-China Cooperation From Jakarta-Bandung High-Speed Railway di Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2024.

Dia berpandangan, Indonesia memerlukan ahli atau para lulusan S1 khusus di bidang transportasi sehingga bisa meningkatkan pembangunan transportasi lebih cepat, seperti proyek KCIC Whoosh yang diresmikan baru-baru ini.

"Permasalahan kita, kita siap gak? Kita mengerti gak? Kita perlu adanya S1 di bidang itu (transportasi). Kita perlu ciptakan engineer di bidang teknologi, transportasi jalan raya, jembatan. Institusi pendidikan di Indonesia belum serius buka fakultas," kata Adi.

Lantas, dia memberikan contoh seperti di China yang memiliki sejumlah kampus khusus transportasi, salah satunya seperti Beijing Jiaotong University. Universitas itu dibangun khusus transportasi.

"Lulusannya bisa bikin jembatan, pasang rel, menggali terowongan. Di Indonesia kampus khusus itu belum ada. Butuh yang mengerti teknik pengeboran, jembatan, rel. Itu harus S1. Vokasi enggak cukup," ujarnya.

Jika SDM siap dan berkualitas, lanjutnya, maka percepatan pembangunan transportasi bisa dikejar. Dan dengan begitu, Indonesia bisa mandiri, tidak tergantung orang lain.

"Cepat-cepat anak muda belajar, didukung pemerintah. Bahkan di China, berikutnya sudah ada rumah di luar angkasa," ucap Adi.

Universitas Al Azhar Indonesia Fasilitasi Mahasiswa

Sementara, Ketua Prodi Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok sekaligus Direktur Pusat Bahasa Mandarin dari Indonesia, Feri Ansori mengatakan pihak kampus siap memfasilitasi mahasiswa untuk mempelajari budaya dan bahasa Tiongkok lebih dalam dan terbuka. 

Apalagi Universitas Al Azhar Indonesia memiliki program pertukaran mahasiswa merdeka (PMM) dalam MBKM Mandiri melalui program Kampus Merdeka.

"Memotivasi mereka, lebih giat lagi mengenal Tiongkok baik budaya, sejarah. Kami memang di Universitas Al Azhar ada program kerja sama dengan Fujian Normal University China ada program double degree. Mahasiswa tingkat 2-3 itu bisa menempuh pendidikan ke sana dan juga ada program pertukaran 1 tahun, sudah cukup lama," tutur Feri.

Dia mengakui, Indonesia memang masih kurang dalam mempersiapkan SDM. Di Tiongkok, sambungnya, ada kampus-kampus khusus mempelajari satu bidang, bukan masuk dalam prodi.

"Lihat kampus-kampus di sana sangat besar, fasilitas pendidikan luar biasa, memiliki soft skill yang bagus. Kami berharap ke depan bisa tingkatkan kerja sama dengan kampus di Tiongkok. Di sana ada kampus khusus perminyakan, transportasi, bukan dalam jurusan atau program studi," tukasnya.

Sedikitnya saat ini ada 16 mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia yang mengikuti program double degree di Tiongkok. Dan mereka belajar budaya hingga bahasa di sana.

"Memang untuk penyiapan SDM, kita masih kurang ya, contohnya di Tiongkok itu ada cukup banyak kampus Foreign Studies University, enggak hanya pelajari bahasa asing, tapi juga budaya. Itu kampus ya bukan prodi. Sampai bahasa-bahasa kecil, yang kita belum pernah dengar, mereka pelajari. Itu yang memang harus kita tingkatkan," kata Feri.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya