Medan - Pemilu 2024 sudah semakin dekat. Masyarakat diminta lebih hati-hati dalam memilih pemimpin, baik di legislatif maupun eksekutif, terutama presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan.
Sikap kehati-hatian itu disampaikan Presiden Jokowi saat dirinya membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Tahun 2023 di Lapangan Banteng, Kota Medan, Sumatra Utara, Sabtu, 19 Agustus 2023.
Menurut dia, kepemimpinan nasional selanjutnya akan sangat menentukan terhadap lompatan Indonesia untuk menjadi negara maju.
Peluang Indonesia untuk mencapai visi tersebut hanya berada dalam kurun waktu 13 tahun ke depan.
“Peluangnya, opportunity-nya (menjadi negara maju), hanya berada dalam kurun 13 tahun ke depan ini. Sehingga pemimpin ke depan ini sangat-sangat menentukan negara kita ini bisa melompat maju atau tidak,” ucapnya.
Dikatakan, peluang tersebut terlihat dari potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satunya, saat ini Indonesia dinilai bisa masuk ke dalam lima besar negara dengan ekonomi terkuat di dunia.
“Dengan potensi yang kita miliki, bisa kita ini menjadi masuk dalam lima besar ekonomi terkuat dunia, bisa masuk. Tetapi memang tantangannya juga tidak mudah,” ujarnya.
Maka dari itu, Jokowi menyebut bahwa pemimpin Indonesia pada tahun 2024, 2029, dan 2034 sangat menentukan masa depan Indonesia untuk bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.
BACA JUGA: Jokowi Berharap GAMKI Ikut Menjaga Situasi Politik Kondusif Jelang Pemilu 2024
“Hati-hati kepemimpinan di 2024, 2029, 2034 itu sangat menentukan sekali,” ucapnya.
Jokowi juga menyebut bahwa terdapat sejumlah negara yang gagal dalam memanfaatkan peluang tersebut sehingga masih menjadi negara berkembang sampai saat ini.
“Sudah puluhan kali saya ingatkan karena di negara-negara Amerika Latin, tahun 60, tahun 70 sudah masuk menjadi negara berkembang seperti sekarang kita—yang kita miliki sekarang ini, sampai sekarang mereka tetap menjadi negara berkembang karena saat diberi kesempatan, diberi peluang untuk melompat maju tidak gunakan,” ucapnya.
Dia lantas mengimbau agar masyarakat berhati-hati dalam memilih pemimpin Indonesia selanjutnya. Hal tersebut penting agar bisa memanfaatkan peluang-peluang yang dimiliki Indonesia dengan baik guna mencapai lompatan menjadi negara maju.
“Kita semuanya harus sangat berhati-hati untuk memilih pemimpin kita agar bisa lompatan kita menjadi negara maju dengan GDP, dengan PDB ekonomi yang sesuai dengan standar negara maju,” tandasnya. []