Jakarta - Presiden Jokowi mengatakan bahwa pada era saat ini perubahan iklim menjadi hal yang paling ditakuti di seluruh dunia.
Hal itu karena frekuensi bencana alam mengalami kenaikan yang sangat drastis secara global dan berdampak signifikan terhadap keselamatan manusia.
"Apa yang ditakuti oleh dunia saat ini bukan lagi pandemi, bukan lagi perang, tetapi yang lebih mengerikan yang ditakuti oleh semua negara adalah perubahan iklim dan perubahan iklim itu menyebabkan frekuensi bencana alam di dunia naik drastis," ujar Presiden Jokowi pada Kamis, 2 Maret 2023.
Jokowi hadir dan memberi sambutan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana (PB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2023 di Jakarta International Expo (JiExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat sejak Kamis-Jumat, 2-3 Maret 2023.
Disebutnya, dalam satu dekade terakhir ini Indonesia menempati peringkat ketiga teratas di dunia sebagai negara yang paling rawan bencana.
Sebagai catatan, pada tahun 2010 jumlah kejadian bencana di Tanah Air adalah sebanyak 1.945 kali dan di tahun 2022 menjadi 3.544.
"Indonesia menempati 3 teratas paling rawan bencana. Frekuensi bencana alam dari tahun 2010 mencapai 1945 bencana. Di tahun 2022 melompat menjadi 3544," ungkapnya.
Melihat peningkatan kejadian bencana itu, Presiden meminta agar segenap komponen penanggulangan bencana selalu siaga dan waspada, baik dalam pra bencana, tanggap darurat maupun pascabencana.
BACA JUGA: Infografis: 5 Arahan Jokowi di Rakornas Penanggulangan Bencana 2023
Presiden meminta agar hal itu selalu dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
"Siaga dan waspada menjadi kunci baik tahap pra bencana pada tahap tanggap darurat maupun pasca bencana," jelasnya.
Di samping itu, Presiden juga meminta segenap unsur penggiat kebencanaan, baik yang di pusat maupun di daerah agar memperkuat kesiapsiagaan dan mitigasi sebelum terjadi bencana.
Jokowi tidak ingin semua komponen hanya sibuk pada saat tanggap darurat saja.
"Semuanya harus disiapkan, semuanya harus dikelola dengan baik dan saya lihat kita ini masih sering sibuk di tahap tanggap darurat pas terjadi bencana. Padahal, yang namanya pra bencana tahap pra bencana itu jauh lebih penting," katanya.
Di samping kesiapsiagaan dan mitigasi, Kepala Negara juga menitikberatkan tentang pentingnya meningkatkan kapasitas masyarakat agar lebih tangguh dalam menghadapi dan mengantisipasi potensi bencana.
Presiden berharap bahwa dalam konsep penanggulangan bencana, kerugian jiwa maupun materi harus dapat diminimalisir.
"Bagaimana menyiapkan masyarakat, bagaimana mengedukasi masyarakat, bagaimana memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat untuk langkah-langkah antisipasi harus menjadi prioritas untuk meminimalisasi korban maupun kerugian," katanya. []