News Sabtu, 11 Oktober 2025 | 18:10

Insiden Ponpes Al Khoziny Dibahas di Meja Rapat Tingkat Menteri

Lihat Foto Insiden Ponpes Al Khoziny Dibahas di Meja Rapat Tingkat Menteri Pencarian korban rerunthan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo. (Foto: BNPB)
Editor: Rio Anthony

Jakarta - Insiden runtuhnya bangunan empat lantai musala Pondok Pesantren Al Khoziny dibahas di meja ruang rapat tingkat menteri pada hari, Jumat (10/10).

Rapat dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Pratikno.

Dalam rapat yang membahas tentang keamanan infrastruktur bangunan pendidikan itu, Menko PMK Pratikno mengatakan bahwa peristiwa yang telah menghilangkan 61 nyawa santri itu menjadi bencana dengan jumlah korban meninggal dunia terbanyak, dalam kurun waktu sejak Januari hingga Oktober 2025.

Dia mengatakan, penyebabnya sudah diketahui, kegagalan struktur penyangga bangunan yang dinilai jauh dari kata standar.

Menko PMK Pratikno berharap agar semua kementerian dan lembaga terkait dapat bersinergi untuk melakukan sinkronisasi dan koordinasi agar insiden serupa tidak terjadi di kemudian hari.

“Ambruknya bangunan ponpes Al Khoziny di Sidoarjo menjadi bencana non-alam, kegagalan teknologi dengan korban meninggal dunia terbanyak sepanjang tahun 2025. Ini mesti kita jadikan atensi dan antisipasi, agar tidak terjadi di kemudian hari,” ujar Pratikno.

Pada kesempatan itu, Pratikno juga mengapresiasi respon cepat tanggap yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas dan seluruh pihak yang ikut memberikan sumbangsih dalam penanganan darurat dalam peristiwa itu.

Pratikno telah datang melihat sendiri bagaimana kondisi lapangan dan seluruh rangkaian proses penanganan darurat pada hari keempat pascakejadian, atau Kamis (2/10).

Pada saat itu, Menko PMK Pratikno yang didampingi Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, Direktur Operasional Basarnas, Laksamana Pertama TNI Bramantyo, dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indarparawansa, memahami bagaimana sinergi seluruh tim berjuang melawan waktu demi menjunjung tinggi martabat para korban dan empati demi kemanusiaan. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya