Jakarta - Dokter Riana Nirmala Wijaya dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjelaskan serba serbi seputar sakit kepala, mulai dari jenis, durasi normal, makanan pemicu, hingga solusi untuk mengatasinya.
Riana menjelaskan, beberapa bulan terakhir ini, 8 dari 10 orang di Indonesia pernah mengalami sakit kepala, di mana sakit kepala tipe tegang merupakan jenis yang paling umum terjadi.
"Jenis sakit kepala ada primer dan sekunder. Yang primer adalah sakit kepala tegang, migrain, dan cluster," kata Riana dalam konferensi pers daring, dikutip Opsi, Jumat, 19 November 2021.
Sementara sakit kepala tegang membuat kepala terasa tegang, sakit bagai diikat. Biasanya rasa nyeri ada di dua sisi. Sakit kepala yang bisa terjadi berulang ini menimbulkan nyeri "tumpul" yang tidak berdenyut-denyut.
Menurut Riana, jenis sakit kepala ini yang sering terjadi hingga pada 42 persen populasi penduduk Indonesia. Sakit kepala tegang yang wajar bisa berlangsung hingga empat jam.
Dia menyarankan segera memeriksakan diri ke dokter bila tak kunjung sembuh setelah meminum obat dan sakitnya berulang-ulang serta berlangsung terlalu lama.
Jenis kedua adalah sakit kepala migrain yang umumnya terjadi pada satu sisi. Dibandingkan sakit kepala tegang, migrain terasa nyeri dan menusuk-nusuk.
Selanjutnya adalah sakit kepala cluster yang nyerinya intens. Rasa sakitnya dapat menjalar hingga ke leher bahkan ke pipi. Selain nyeri, penderita bisa mengeluarkan keringat dingin dan mata serta hidungnya berair.
Sementara sakit kepala sekunder biasanya disebabkan oleh hal lain, misalnya penyakit sinusitis. Bila sakit kepala terasa hebat dan menusuk-nusuk hingga menimbulkan gejala lain seperti mual, muntah atau gangguan kesadaran, serta gangguan saraf seperti kelumpuhan, dia menyarankan segera periksakan diri ke dokter.
Dia menekankan, menyoal sakit kepala yang tak kunjung sembuh lebih dari lima hari juga harus diperiksakan lebih lanjut. Anda juga sebaiknya waspada bila sakit kepala diderita oleh lansia.
Pemicu Sakit Kepala
Riana menjelaskan, sakit kepala dapat dipicu oleh perubahan gaya hidup dan proses adaptasi selama kenormalan baru, seperti kurang istirahat, postur tubuh yang salah dalam waktu yang lama, stres emosional, rasa lapar, atau aktivitas yang banyak.
Sebuah laporan menemukan sekitar 90 persen orang di usia produktif menderita sakit kepala akibat stres dan tren ini meningkat selama pandemi.
Temuan dari sebuah jurnal menyatakan bahwa sakit kepala tegang yang dirasakan ketika bekerja dapat menurunkan produktivitas pekerja hingga 33 persen.
Makanan juga bisa menjadi pemicu sakit kepala, seperti migrain, yakni makanan yang tinggi MSG, garam dan pengawet. Untuk makanan olahan seperti daging beku juga dapat memicu nyeri kepala karena mengandung kadar natrium tinggi.
Agar sakit kepala cepat mereda, dia menyarankan untuk meminum air putih sesuai kebutuhan setiap hari, aktif bergerak setiap hari minimal 30 menit per hari atau 10.000 langkah, hindari pemakaian masker yang terlalu ketat, kendalikan stres, dan cukup beristirahat. []