Jakarta - Fenomena hujan meteor diprediksi bakal menghiasi langit di sebagian wilayah Indonesia pada akhir Juli 2022, atau bertepatan dengan Perayaan Tahun Baru Islam, 1444 H mendatang.
Peneliti Utama bidang Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa peristiwa yang akan terjadi pada akhir Juli mendatang merupakan fenomena hujan meteor Alpha-Capricornids dan Delta-Aquariids.
Dua hujan meteor ini, kata dia, terjadi di langit selatan sehingga cocok diamati dari Indonesia.
"Hujan meteor Alpha-Capricornids ini bisa diamati pada 30-31 Juli 2022 mulai pukul 20.00 WIB di ufuk timur," kata Thomas, dikutip Opsi pada Selasa, 19 Juli 2022.
"Namun waktu terbaik adalah setelah lewat tengah malam di arah langit selatan. Diperkirakan ada sekitar 5 meteor per jam yang tampak melintas di langit. Hujan meteor ini berasal dari gugusan debu komet 169P/NEAT yang berpapasan dengan bumi," tutur dia.
Hujan meteor sendiri merupakan fenomena astronomi tahunan yang terjadi ketika sejumlah meteor tampak meluncur silih berganti dari titik tertentu di langit.
Meteor tampak seperti bintang jatuh atau bintang berpindah. Meteor sesungguhnya adalah batuan atau debu antar-planet yang memasuki atmosfer lalu terbakar karena gesekan atmosfer.
"Debu-debu komet yang berukuran kecil kecil memasuki atmosfer bumi lalu terbakar menampakkan seperti bintang jatuh," tutur Thomas.
"Walau jumlah meteornya sedikit, kadang-kadang hujan meteor ini menampakkan meteor terang dari sisa-sisa komet yang berukuran lebih besar," ucapnya.
Ilustrasi meteor. (Foto: Pixabay)
Sementara Hujan meteor Delta Aquariids dapat diamati pada 29 – 30 Juli mulai pukul 23.00 WIB di ufuk timur. Puncaknya sekitar pukul 02.00 WIB di langit selatan.
"Hujan meteor ini menampilkan belasan meteor per jam. Debu-debu komet 96P/Machholz diduga menjadi sumber hujan meteor ini," katanya.
Thomas menambahkan gabungan dua hujan meteor di langit selatan menjadi daya tarik bagi pengamat langit di Indonesia. Diharapkan kondisi kemarau dan tanpa gangguan cahaya bulan ini membuat pengamatan hujan meteor lebih menarik.
Menurutnya, pilih lokasi pengamatan yang minim gangguan cahaya lampu dan medan pandang ke langit selatan tidak terganggu pohon atau bangunan. Pengamatan meteor lebih baik tanpa alat, karena mata mempunyai medan pandang yang lebih luas.
Baca juga: Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus Bentuk Formasi Sejajar
Baca juga: NASA Luncurkan Teleskop untuk Meneliti Sejarah Pembentukan Bumi
"Berbahayakah hujan meteor ini? Sama sekali tidak berbahaya. Debu-debu sisa komet habis terbakar pada ketinggian di atas 80 km," ujar Thomas. []