News Jum'at, 05 Agustus 2022 | 22:08

Jokowi: Kalau Harga Pertalite Rp 17.100, Demonya Berapa Bulan?

Lihat Foto Jokowi: Kalau Harga Pertalite Rp 17.100, Demonya Berapa Bulan? Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Peresmian Pembukaan Silatnas PPAD ke-19, Bogor, 5 Agustus 2022. (foto: Morteza Syariati Albanna Opsi/YouTube Sekretariat Presiden).

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pemerintah sudah menaikkan harga BBM jenis Pertalite menjadi Rp 7.650 per liter atau 10 persen dari harga sebelumnya.

Padahal, dengan kondisi melonjaknya harga minyak dunia, seharusnya harga Pertalite dipatok hingga Rp 17.100 per liter. Di sisi bersamaan, pemerintah masih mengalokasikan anggaran hingga Rp 502 triliun untuk subsidi BBM.

"Naik 10 persen saja demonya saya ingat tiga bulan, kalau naik sampai 100 persen lebih demonya akan berapa bulan? Inilah yang sekarang dikendalikan pemerintah dengan subsidi. Karena begitu harga bensin naik, harga barang otomatis melompat bersama-sama," kata Presiden Jokowi saat membuka Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022 di Sentul, Jawa Barat, Jumat, 5 Agustus 2022.

Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa saat ini dunia dalam kondisi yang mengerikan karena pertumbuhan ekonomi yang melemah. Namun, inflasi juga meningkat, sehingga membuat harga sejumlah komoditas naik.

Jokowi menyampaikan, "Pertumbuhan ekonomi turun tapi inflasi naik, harga-harga barang semua naik. Ini kondisi yang sangat boleh saya sampaikan dunia pada kondisi yang mengerikan," katanya.

Presiden menjelaskan bahwa IMF dan Bank Dunia mencatat akan ada 66 negara yang ambruk ekonominya akibat dampak perang dan krisis pangan.

Dari 66 negara tersebut, Jokowi menyampaikan bahwa sembilan negara secara bertahap telah berada dalam kondisi perekonomian yang sulit, kemudian disusul 25 negara, dan 42 negara.

Presiden Jokowi menekankan saat ini ada 320 juta orang di dunia yang menderita kelaparan akut dan sebagian besar kelaparan karena perekonomian tidak hanya turun, tetapi juga anjlok.

Negara-negara seperti Singapura, kawasan Eropa, Australia hingga Amerika Serikat, tidak terhindarkan mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi. Apalagi tingginya harga minyak dunia juga menyumbang tingginya inflasi yang merembet pada harga komoditas pangan dan lainnya.

"Amerika yang biasa kenaikan barang atau inflasi 1 persen, hari ini di posisi 9,1 persen, bensin naik dua kali lipat, Eropa juga sama," kata Presiden Jokowi. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya