Jakarta - Wakil Ketua Komisi II DPR RI Yanuar Prihatin, menilai masa kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 rawan carut marut jika tak mampu dikendalikan dengan baik.
Sebab masa kampanye di satu sisi adalah puncak dari pesta demokrasi, namun di sisi lain juga menjadi ajang luapan seluruh emosi, harapan, kekesalan, dan kegembiraan yang bercampur-baur menjadi satu.
Hal ini disampaikan dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertema `Mengawal Tahapan Pemilu 2024` di Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Kamis, 9 Juni 2022.
"Orang yang punya kekesalan, punya kebencian, bisa disalurkan di tempat ini. Sehingga, kampanye itu bisa menjadi ajang yang carut-marut jika semua pihak tidak mampu mengendalikan suasananya," kata Yanuar.
Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) DPR RI ini mengaku berkaca di era Pemilu 2014 dan 2019.
Meskipun perhelatan Pemilu telah usai, namun residu konfliknya masih terasa hingga kini. Ditambah, kata dia, adanya potensi kenaikan money politic yang tidak bisa hilang.
"Kenapa naik? Karena 2024 ini pemilu di mana keadaannya berbeda dengan pemilu sebelumnya. Dari sudut pilpres, semua kandidat dimulai dari awal," ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, tren money politic itu didorong oleh politisi yang hasrat untuk berkuasa jauh lebih kuat dibandingkan periode-periode sebelumnya.
Sehingga, semua peserta pemilu akan mencari jalan beragam cara untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya.
Dia menegaskan, jika suasana ini tidak terkendali, tidak ada kontrol berdasarkan aturan moral yang kuat maka akan terdorong untuk menghalalkan money politic yang jauh lebih kuat.
"Karena itu saya berkali-kali dengan Bawaslu juga menyampaikan ini bagaimana caranya mencegah suasana semacam ini. Kalau sudah terjadi tentu menindak. Tetapi jauh lebih penting bagaimana mencari jalan supaya mengantisipasi ini tidak terlalu parah," ucap Yanuar.[]