Medan - Pencak silat adalah olahraga bela diri yang sudah tak asing. Jenis olahraga dan juga seni yang cukup populer. Perguruannya pun tersebar di hampir seluruh seantero Nusantara.
Pencak silat bahkan sudah diakui dunia lewat The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada akhir Maret 2017.
Ditetapkan di Bogota, Kolombia pada Kamis, 12 Desember 2019 lalu, melalui sidang ke-14 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage.
Tapi tahukah Anda, pencak silat yang barangkali lebih populer di Jawa atau Melayu, ternyata juga memiliki bela diri sejenis di Kawasan Danau Toba.
Kalau di Karo disebut Ndikar, di Simalungun dinamai Dihar, Toba disebut Mossak, dan Pakpak disebut Tatak Moccak
Untuk mengenal keempat jenis bela diri di Kawasan Danau Toba itu, ayo kita simak satu-satu. Dilansir dari berbagai sumber.
1. Ndikar
Ndikar (baca: ndikkar) merupakan olahraga bela diri milik suku Karo. Kalau orang luar menyebutnya Silat Karo.
Ndikar punya ciri khas yang membuatnya berbeda dengan olahraga bela diri lainnya di Indonesia.
Sila Karo, Ndikar. (Foto: Correcto.id)
Ndikar disebut perpaduan antara keterampilan bela diri dan keterampilan seni menari.
Lazim dimainkan oleh Pandikar, yakni orang-orang yang mendalami ilmu bela diri ini ataupun orang-orang yang memiliki ilmu bela diri Ndikar.
Saat Pandikar memainkan gerakannya, lazim diiringi alunan musik khas suku Karo. Gerakan para Pandikar biasanya disesuaikan dengan alunan musik yang tengah dimainkan.
Maka tampak menjadi sebuah tarian namun diwarnai pertarungan.
Dalam sebuah pertarungan, Pandikar akan berusaha menunjukkan seberapa dalam ilmu bela diri yang dimilikinya.
Jurus-jurus terbaik akan dikeluarkan oleh Pandikar untuk dapat menaklukan lawannya dalam pertarungan.
Pandikar biasa memberikan salam hormat kepada lawannya sebelum bertarung atau saat melakukan pemanasan dengan tarian sembari mengintip kelemahan sang lawan.
2. Mossak
Bela diri dari Batak Toba ini mulai pudar keberadaannya. Mossak dikenal sebagai ilmu kebatinan dan tidak sembarangan orang bisa menggunakannya.
Mereka yang memiliki ilmu bela diri Mossak, diyakini adalah orang-orang istimewa yang dipilih oleh leluhurnya untuk meneruskan ilmu bela diri tersebut.
Silat Batak Toba, Mossak. (Foto: Ist)
Mossak diyakini memakai unsur mistis. Diperuntukkan melindungi diri bagi masyarakat Batak dulunya. Raja Sisingamangaraja XII dikenal mahir dengan Mossak.
Kabarnya Mossak ini dirangkai dengan langkah-langkah dan jurus-jurus untuk menghidupkan dan mengaktifkan 9999 urat manusia.
Mossak untuk penyatuan darah manusia dengan Tuhan, membela diri dan untuk kesehatan, digunakan sebagai hiburan dan atraksi pada pesta besar di tanah Batak dan bela diri menyambut para raja dan tamu terhormat.
Jenis Mossak yang paling terkenal adalah Mossak Babiat. Sabuk atau peringkat dalam Mossak Babiat ada sembilan peringkat atau sabuk. Sabuk yang kesembilan ini adalah induk dari seluruh Mossak Batak.
3. Dihar
Dihar mulai berkembang di tengah masyarakat adat Simalungun sekitar abad ke-16.
Sikap dasar, langkah-langkah, ekspresi dan gaya Dihar menjadi akar atau dasar untuk memulai gerak Tari Tor-tor Simalungun.
Tor-tor Simalungun berpondasi pada Dihar. Tanpa itu, Tor-tor Simalungun akan kehilangan roh dasarnya.
Silat dari Simalungun, Dihar. (Foto: Ist)
Lazim, untuk belajar Tari Tor-tor Simalungun, sekaligus juga mempelajari Dihar.
Dihar terbagi dalam beberapa jurus, yakni Sitaralak, Natar, Bona Uhur, Horbou Sihalung, Rimau Putih, dan Balang Sahua.
Sitaralak adalah teknik silat dengan ragam gerak angkat kaki dan menerjang serta memukul.
Natar adalah gerakan silat bawah yang gerakan kakinya harus kontak bumi atau sedikitpun tidak mengangkat kaki dari tanah.
Bona Uhur adalah gerakan silat dengan ragam gerak terbuka, telapak kaki menyerang lawan. Horbou Sihalung adalah gerakan silat yang terinspirasi dari gerakan kerbau.
Rimau Putih adalah gerakan yang terinspirasi dari gerakan harimau. Balang Sahua adalah gerakan silat yang diambil dari teknik dan gerakan belalang.
Sikap dasar silat ini sarat akan pesan-pesan religius dan petuah kehidupan. Pertama, yakni Biar Mangidah Naibata, atau pesan untuk takut akan Tuhan.
Kemudian, Toruh Maruhur atau pesan untuk selalu rendah hati. Terakhir, Pakkoromon Diri atau penguasaan diri.
Dihar adalah teknik bela diri Simalungun yang lebih mengutamakan pertahanan dibandingkan serangan.
Ditambah sifat-sifat ksatria yang sangat ditekankan kepada para pesilat Dihar.
Pesilat Dihar tidak akan menyerang lawan atau musuh yang sedang terjatuh saat bertarung, melainkan menunggunya untuk bangkit dan memulai pertarungan lagi.
Dihar selain untuk pertahanan diri, biasanya dilakukan masyarakat Simalungun dalam suatu prosesi adat maupun kegiatan resmi untuk menyambut tamu-tamu kehormatan, seperti Raja Simalungun.
4. Moccak
Tatak Moccak dari Pakpak adalah tarian yang menggambarkan bentuk bela diri. Moccak berasal dari bahasa Pakpak yang artinya pencak silat.
Pencak silat dan tari merupakan satu ekspresi yang berkaitan dan saling mengisi, karena keduanya menggunakan tubuh manusia sebagai materi pokok dan mengandung unsur keindahan gerak dari seluruh tubuh yang harmonis.
Silat dari Pakpak, Tatak Moccak. (Foto: Ist)
Tatak Moccak dibawakan oleh dua orang atau lebih dengan gerak-gerak yang sudah ditentukan.
Tatak Moccak juga salah satu tarian tradisional yang ada pada masyarakat Pakpak. Sering dipertunjukkan dalam penyambutan tamu atau tokoh-tokoh adat dari dalam maupun dari luar daerah Pakpak.
Kehadiran Tatak Moccak diangkat dari sejarah dan cara hidup masyarakat Pakpak pada zaman dahulu yang masih hidup dan tinggal di hutan rimba dengan cara hidup yang berpindah-pindah.
Tempat tinggal yang tidak menetap membuat mereka sering berhadapan dengan binatang-binatang atau hewan-hewan liar yang ada di hutan. []