Medan - Tanah Karo kaya warisan budaya leluhur. Salah satunya alat musik sebagai bagian dari unsur utama budaya itu sendiri.
Cukup banyak alat musik tradisi Karo. Sebut misal, Sarune, Gendang Singanaki, Gendang Singindungi, Penganak, dan Gung.
Kemudian ada Kulcapi, Balobat, Keteng-keteng, Mangkok, Surdam, Murbab, Embal-embal, Empi-empi, Genggong, dan Tambur.
Khusus alat musik Keteng-keteng, merupakan alat musik pukul tradisional berbahan dasar bambu.
Keteng-keteng memiliki panjang sekitar setengah meter dan memiliki senar yang terbuat dari kulit bambu itu sendiri.
Alat pemukul Keteng-keteng juga terbuat dari potongan bambu dan terdiri dari dua buah.
Cara memainkan alat ini sangat sederhana, seperti layaknya memukul alat musik drum.
Keteng-keteng, alat musik perkusi dari Tanah Karo, Sumatra Utara. (Foto: Ist)
Keteng-keteng dulunya alat musik yang kerap dimainkan sebagai ansambel gendang telu sedalanen dalam ritual masyarakat Karo.
Gendang telu sedalanen adalah tiga alat musik tradisional Karo yang dimainkan secara bersama-sama, yakni Kulcapi, Mangkuk, dan Keteng-keteng.
"Dulunya Keteng-keteng sering digunakan dalam proses ritual yang digabung dengan instrumen Kulcapi," terang pegiat musik tradisional Karo, Brepin Tarigan kepada Opsi, Senin, 6 Juni 2022.
Ritual dimaksud adalah Erpangir Kulau. Sebuah ritual atau upacara yang fungsinya bisa beragam.
"Bisa membersihkan badan, meminta kesehatan, dan lain lain yang sifatnya kebaikan," terang Brepin lewat wawancara WhatsApp.
Erpangir Kulau biasanya ujar Brepin, melibatkan Guru Sibaso (orang pintar) sebagai perantara untuk Dibata (Tuhan) dalam keyakinan masyarakat Karo.
Namun ritual yang dulunya digelar di sungai itu, kini sudah jarang dilaksanakan warga Karo. Hanya dilakukan kalangan tertentu.
"Karena sudah banyak norma yang menurut agama tidak baik," ujar Brepin, komposer Sound of Bumi Turang di Open Stage Taman Mejuah-juah, Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatra Utara pada Jumat, 3 Juni 2022.
Kembali ke soal Keteng-keteng, Brepin menyebut kini alat musik tradisi itu mengalami pergeseran penggunaannya.
Baca juga:
Sound of Bumi Turang, Kolaborasi dan Komposisi Bunyi-bunyian dari Tanah Karo
Jika dulu lebih dominan untuk kegiatan ritual masyarakat Karo, kini dimainkan dalam seni pertunjukan.
Satu hal yang menjadi catatan Brepin, sudah mulai cukup banyak generasi muda Karo meminati permainan alat musik tradisional, termasuk Keteng-keteng.
Roadshow Lake Toba Traditional Music Festival Kabupaten Karo, yang membawakan karya musiknya bertajuk "Sound of Bumi Turang" banyak melibatkan generasi muda dari Tanah Karo.
Sound of Bumi Turang, mempertunjukkan bunyi-bunyian dari Tanah Karo. Dikolaborasikan pula dengan alat musik tradisi tiga puak dari Kawasan Danau Toba, seperti Toba, Simalungun, dan Pakpak.
Profil Brepin Tarigan
Lahir di Seribujandi, Silimakuta, Kabupaten Simalungun, 8 Februari 1988.
Latar pendidikan S1 Pendidikan Musik Universitas Negeri Medan dan S2 Penciptaan Seni Institut Seni Indonesia Surakarta.
Brepin Tarigan. (Foto: Instagram)
Brepin cukup berpengalaman di bidang kesenian. Kini menjadi seorang komposer dan menjabat Direktur De Tradisi World Musik.
Pernah diundang dalam beberapa festival di Indonesia, di antaranya Festival Dawai Nusantara (Malang), Jogja International Performing Arts Festival (Yogyakarta), Payakumbuh World Musik Festival (Padang).
PIOM Festival (Pekanbaru), Hitam Putih World Musik Festival (Riau), Kenduri Musik (Riau), Solo International Performing Arts Festival (Solo), dan KABA Festival (Padang).
Performing dan Pemateri Musik Tradisi di Stuttgart dan China (2018), Komposer Musik Anak Danau kerja sama Dengan BPNB Aceh (2020), Komposer Musik Warna Danau Karya Thompson HS kerja sama dengan BPNB Aceh (2020)
Komposer Karya Musik “Eta Margondang” dalam Rangkaian FMTI kerja sama dengan Kemendikbud (2020), dan Komposer Musik Extravaganza Ulos kerja sama dengan BPNB Aceh. []