Jakarta - Universitas Binawan berhasil mendapatkan dana hibah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diksi) tahun 2024 untuk proyek berjudul "Sistem Cerdas Jariku (Jaringan Infrastruktur Kualitas) Berbasiskan Keamanan Pangan dan Green Productivity dengan Teknologi Blockchain untuk Kebutuhan Aren Ekspor".
Proyek ini merupakan kolaborasi lintas institusi yang melibatkan enam universitas, yaitu Universitas Sahid, Universitas Bung Karno, Universitas Dharma Persada, Universitas Pancasila, dan Politeknik Bandung.
Gagasan awal proyek ini pertama kali dipresentasikan oleh ketua peneliti, Dr. Uci Sulandari, S.Si, M.Si, pada acara yang diadakan oleh Pijar Foundation pada tanggal 24 Agustus 2023.
Acara tersebut, yang bertajuk "Launching Buku Rekomendasi Aksi/Collaboration Action Plan Ketahanan Pangan," menjadi momentum penting dalam pengembangan ide dan konsep proyek ini.
Proyek ini dimulai sejak pertengahan Agustus hingga awal September 2024, dengan kegiatan pertama berupa finalisasi konsep kompor dan alat pembuatan wood pellet.
Pengembangan teknologi ini ditujukan untuk membantu petani aren di daerah Gunung Halimun, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, agar dapat beralih dari penggunaan kayu bakar yang berisiko terhadap kebakaran hutan dan pelepasan karbon, kepenggunaan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan, yakni kombinasi wood pellet dan energi surya.
Pada tanggal 2 September 2024, dilakukan sosialisasi penggunaan kompor dan alat pembuatan wood pellet kepada para petani.
Tantangan utama yang dihadapi dalam sosialisasi ini adalah mengubah kebiasaan petani yang selama ini menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utama menjadi lebih ramah lingkungan.
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh tim peneliti adalah pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk kedua alat yang telah dikembangkan.
Selain itu, proyek ini juga memiliki potensi untuk mendukung perdagangan karbon (carbon trade) sebagai hasil dari penggantian alat kompor yang digunakan oleh para petani.
Komitmen berikutnya dalam proyek ini adalah melakukan sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk memastikan standar keamanan pangan dalam proses pembuatan gula aren.
Persiapan dokumen HACCP telah direncanakan untuk dimulai pada awal Oktober 2024.
Proyek ini menjadi contoh konkret bagaimana teknologi seperti blockchain dan energi terbarukan dapat diterapkan untuk mendukung produktivitas hijau dan keamanan pangan di sektor pertanian, khususnya dalam proses ekspor aren.[]