Jakarta – Universitas Binawan menjadi tuan rumah dari acara internasional bergengsi, 2nd World Conference on Health and Social Science (WCHSS), yang berlangsung pada tanggal 23 hingga 24 Oktober 2024.
Acara ini menarik perhatian komunitas akademik dan praktisi dari berbagai negara dengan topik utama mengenai bagaimana kolaborasi antara kesehatan dan ilmu sosial dapat menjawab tantangan global di era modern.
Acara ini dihadiri lebih dari 500 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi, peneliti, praktisi kesehatan, pejabat pemerintah, dan mahasiswa.
WCHSS 2024 dirancang untuk memberikan platform bagi para ahli kesehatan dan ilmu sosial untuk bertukar pikiran, berbagi penelitian, serta memperkenalkan inovasi terbaru di bidang kesehatan masyarakat, teknologi kesehatan, dan isu sosial terkait.
Konferensi dimulai dengan upacara pembukaan yang berlangsung di Auditorium Utama Universitas Binawan, Selasa, 23 Oktober 2024.
Plt Rektor Universitas Binawan, Prof. Henny Suzana Mediani, dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin ilmu untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dunia saat ini.
Ia menyatakan bahwa integrasi antara ilmu kesehatan dan ilmu sosial menjadi fondasi untuk menciptakan solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan.
"Pada hari ini, kita tidak hanya menghadapi tantangan kesehatan, tetapi juga berbagai aspek sosial yang mendasari masalah-masalah kesehatan tersebut. Tantangan seperti pandemi, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan sosial hanya dapat diatasi melalui pendekatan yang menyeluruh, menggabungkan ilmu kesehatan dan ilmu sosial dalam satu kesatuan," ujar Prof. Henny dalam pidatonya.
Konferensi ini kemudian dilanjutkan dengan sesi pidato kunci pertama oleh Prof. Vidhya Venugopal, ahli kesehatan masyarakat dari Sri Ramachandra Institute of Higher Education and Research di India.
Dalam paparannya yang berjudul "Dampak Polusi Udara terhadap Kesehatan Masyarakat", Prof. Vidhya membahas berbagai penelitian terbaru mengenai pengaruh kualitas udara terhadap kesehatan masyarakat di Asia Tenggara.
Ia menjelaskan bagaimana polusi udara berdampak pada berbagai penyakit kronis seperti asma, kanker paru-paru, hingga gangguan kardiovaskular.
"Kita tidak bisa menyepelekan masalah polusi udara. Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tingkat polusi udara terus meningkat dan mempengaruhi kesehatan jutaan orang. Ini adalah masalah global yang memerlukan solusi lintas sektor, tidak hanya dari perspektif kesehatan, tetapi juga dari kebijakan lingkungan dan tata kota," jelas Prof. Vidhya.
Isu Pariwisata dan Kesehatan Global
Sesi selanjutnya menampilkan Prof. Erwin Faller, seorang profesor di bidang Pariwisata dan Keberlanjutan yang berbicara tentang "Isu-isu Terkini dalam Pariwisata dan Pelajaran dari Eropa".
Dalam sesi ini, Prof. Erwin membahas dampak besar sektor pariwisata terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Ia menyoroti pentingnya membangun model pariwisata berkelanjutan, terutama di negara-negara berkembang, untuk meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat setempat.
“Kita tahu bahwa pariwisata memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi, tetapi kita tidak boleh mengabaikan dampak kesehatan yang bisa ditimbulkan, seperti kepadatan penduduk di lokasi wisata yang memicu masalah sanitasi dan penyebaran penyakit. Pariwisata harus dirancang dengan pendekatan keberlanjutan, memastikan bahwa kesehatan masyarakat tetap menjadi prioritas utama,” tegas Prof. Erwin.
Sesi ini diikuti dengan diskusi interaktif, di mana para peserta diberikan kesempatan untuk bertanya langsung kepada para pembicara.
Diskusi yang hidup ini membahas isu-isu mulai dari dampak pariwisata terhadap kesehatan mental pekerja di industri perhotelan hingga upaya mitigasi dampak lingkungan dari pariwisata massal.
Pencegahan Keracunan Timbal
Konferensi ini juga mengadakan sesi khusus yang didedikasikan untuk National Lead Poisoning Prevention Week (NLPPW), dengan fokus pada pencegahan keracunan timbal.
Dr. Anna Suraya, seorang ahli epidemiologi dan kesehatan global, memaparkan tentang bahaya paparan timbal, khususnya pada anak-anak.
Dalam presentasinya yang berjudul “Melindungi Generasi Muda dari Bahaya Timbal”, Dr. Anna menjelaskan bagaimana paparan timbal di rumah-rumah dan sekolah-sekolah masih menjadi masalah serius di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Keracunan timbal adalah salah satu ancaman tersembunyi yang berdampak pada perkembangan anak. Kerusakan yang ditimbulkan dapat bersifat permanen, terutama pada perkembangan otak anak-anak. Kita harus mengambil langkah preventif dengan mengganti bahan-bahan yang berisiko dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya ini," ujar Dr. Anna.
Sesi ini juga diiringi dengan diskusi mengenai kebijakan pemerintah dan peran masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan bahaya timbal, serta strategi untuk melindungi anak-anak dari paparan tersebut.
Inovasi Teknologi Kesehatan di Era Digital
Salah satu sesi yang paling dinanti dalam konferensi ini adalah diskusi mengenai inovasi teknologi di bidang kesehatan. Prof. Yaya Suryana, seorang pakar dalam bidang teknologi kesehatan, memberikan wawasan tentang bagaimana kecerdasan buatan (AI) dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam sistem layanan kesehatan.
Dalam paparannya yang berjudul “Inovasi Teknologi Kesehatan di Era Digital: Meningkatkan Efisiensi dan Mengatasi Tantangan”, Prof. Yaya memaparkan potensi penggunaan AI dalam menganalisis data kesehatan masyarakat, diagnosis penyakit, dan personalisasi perawatan pasien.
“Dengan data yang semakin besar dan kompleks, kita memerlukan teknologi seperti AI untuk menganalisis dan memproses informasi ini dengan cepat. Namun, kita juga harus memperhatikan aspek etika dan privasi data, karena sistem kesehatan yang sepenuhnya digital memerlukan keamanan yang sangat tinggi untuk melindungi informasi pribadi pasien,” kata Prof. Yaya.
Pengabdian Ilmiah dan Kolaborasi Internasional
Selain sesi ilmiah, WCHSS 2024 juga menjadi ajang bagi para peneliti muda untuk mempresentasikan hasil riset mereka dalam bentuk presentasi poster.
Penelitian-penelitian ini mencakup berbagai topik, mulai dari inovasi dalam manajemen kesehatan hingga studi kasus dampak sosial dari kebijakan kesehatan.
Diskusi kelompok yang diadakan setelah presentasi ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk berdiskusi secara mendalam mengenai penelitian dan potensi kolaborasi di masa mendatang.
Salah satu peserta, Dian Kurnia, seorang mahasiswa pascasarjana dari Universitas Airlangga, mengatakan bahwa konferensi ini membuka peluang baru bagi dirinya untuk berkolaborasi dengan peneliti internasional.
“Saya sangat bersemangat bisa ikut serta dalam konferensi ini. Saya tidak hanya mendapat wawasan baru, tetapi juga kesempatan untuk berinteraksi dan bertukar ide dengan peneliti dari berbagai negara,” ujarnya.
Konferensi ini diakhiri dengan sesi networking di mana peserta dari berbagai latar belakang dapat berinteraksi secara informal, membangun jaringan internasional yang lebih kuat untuk kolaborasi di masa depan.
Dengan berbagai topik yang telah dibahas secara mendalam, WCHSS 2024 diharapkan menjadi titik awal bagi terwujudnya solusi-solusi inovatif di bidang kesehatan dan ilmu sosial yang berkelanjutan.
Hari pertama WCHSS 2024 telah sukses membawa diskusi yang mendalam mengenai tantangan kesehatan global dan sosial di era modern.
Para peserta sepakat bahwa kolaborasi internasional dan pendekatan lintas disiplin adalah kunci untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks di bidang kesehatan dan ilmu sosial.
Konferensi ini akan berlanjut hingga 24 Oktober 2024, dengan sejumlah sesi pleno dan workshop yang dirancang untuk memperdalam wawasan peserta tentang isu-isu terbaru di bidang kesehatan masyarakat dan ilmu sosial.[]