Cirebon - Tiga korban erupsi Gunung Semeru Lumajang Jawa Timur, melakukan aksi jalan kaki, hendak bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Jakarta.
Mereka hendak menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada Jokowi, agar bisa membongkar tanggul penyebab melubernya banjir erupsi di Lumajang beberapa waktu lalu.
Supangat 52 tahun, warga Desa Sumberwuluh Kecamatan Candipuro Lumajang ini, berjalan kaki sejak 21 Juni 2022 lalu. Ia melakukan aksinya dengan dua rekan satu desanya, yaitu Nur Kholik 40 tahun dan Masbud 36 tahun.
Menurut Supangat, aksi jalan kaki menuju Jakarta ini, dikarenakan aspirasi masyarakat Desa Sumberwuluh Lumajang, tidak pernah didengarkan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang.
"Berkali-kali kami menyampaikan keberatan dengan adanya tanggul yang dibuat oleh pengusaha tambang pasir tersebut, tapi tidak pernah direspon," kata Supangat, saat berada di Cirebon, Minggu 3 Juli 2022.
Supangat menuturkan, ada sekitar delapan tanggul yang dibuat oleh pengusaha tambang pasir, yang posisinya melintang menutupi arus sungai.
Tanggul tersebut dibuat, agar pasir-pasir yang terbawa oleh banjir, bisa tersangkut dan mengendap dilokasi tanggul. Sehingga nantinya, mempermudah para penambang untuk mengeruk pasir.
"Namun imbasnya, lahar dingin dan erupsi, berbelok ke perkampungan. Sehingga puluhan rumah di desa saya tenggelam karena lumpur," kata Supangat.
Supangat mengungkapkan, kehawatiran dirinya akibat dibangunnya tanggul oleh penambang pasir tersebut, sudah pernah disampaikan kepada pemerintah setempat, sebelum erupsi terjadi.
Baca juga:
Rumah Sakit Putri Hijau Medan Terbakar, Tak Ada Korban Jiwa
Pemuda Islam dan Kristen Gugat Holywings Rp 35,5 Triliun
Sampai akhirnya, ketakutan yang dihawatirkan oleh Supangat terbukti. Erupsi besar Gunung Semeru terjadi. Aliran erupsi yang biasanya mengalir lancar, tertahan oleh tanggul-tanggul yang dibuat oleh para penambang.
"Membuat aliran erupsi itu berbelok ke perkampungan dan memakan puluhan korban jiwa," kata Supangat.
Menurut Supangat, jika tanggul-tanggul tersebut terus berdiri dan dibiarkan, maka kecemasan masyarakat sekitar tidak akan berhenti. Masyarakat selalu hawatir jika ada erupsi atau lahar dingin tiba.
Ia berharap, pimpinan tertinggi di negara ini, bisa memberikan respon dan solusi, atas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Sumberwuluh.
"Kalau ke Pemkab Lumajang, kami sudah capek. Tidak pernah memberikan solusi. Makannya, kami nekat ke Jakarta," kata Supangat. []