News Sabtu, 20 September 2025 | 17:09

KPAI Desak Penghentian Sementara Program MBG Pasca Kasus Keracunan Massal

Lihat Foto KPAI Desak Penghentian Sementara Program MBG Pasca Kasus Keracunan Massal Ilustrasi Makan Bergizi Gratis. (Foto:Istimewa)

 Jakarta – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendesak pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyusul maraknya kasus keracunan massal yang menimpa anak-anak penerima manfaat program tersebut.

Desakan ini disampaikan Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra, menanggapi banyaknya laporan keracunan yang justru menunjukkan tren peningkatan.

"Peristiwa keracunan makanan yang terus meningkat, kejadiannya bukan menurun ya. Satu kasus anak yang mengalami keracunan bagi KPAI sudah cukup banyak. Artinya pemerintah perlu evaluasi menyeluruh program MBG," kata Jasra dalam keterangan resmi pada Sabtu, 20 September 2025. 

Bahkan, KPAI secara resmi mengusulkan agar pemberian MBG dihentikan sementara waktu. Tujuannya adalah untuk mencegah bertambahnya korban sekaligus memastikan semua protokol keamanan pangan berjalan baik.

"KPAI usul hentikan sementara, sampai benar-benar instrumen panduan dan pengawasan yang sudah dibuat BGN (Badan Pangan Nasional) benar-benar dilaksanakan dengan baik," tegasnya.

Jasra menekankan bahwa dengan jumlah korban dan data kasus yang tidak terkontrol, pengawasan khusus mutlak diperlukan.

Ia menyarankan agar pencapaian target penjangkauan program direm sejenak untuk melakukan antisipasi.

"Kalau program ini ingin ngebut sampai akhir tahun dalam memenuhi target," jelasnya.

Temuan KPAI ini didukung oleh hasil survei Suara Anak untuk program MBG yang dilakukan bersama CISDI dan WVI pada April-Agustus 2025 di 12 provinsi dengan 1.624 responden anak dan anak disabilitas.

Hasil survei mengungkap kekhawatiran anak-anak terhadap kualitas makanan MBG. Pesan kunci dari responden anak adalah agar makanan yang didistribusikan tidak bau atau basi.

Data yang mencengangkan menunjukkan bahwa dari 1.624 responden, sebanyak 583 anak mengaku menerima makanan MBG dalam kondisi sudah rusak, berbau, dan basi.

Lebih memprihatinkan lagi, 11 responden menyatakan meski dalam kondisi rusak, mereka tetap mengonsumsinya karena berbagai alasan.

Selain itu, anak-anak juga meminta adanya penyesuaian program. Mereka berharap tim pelaksana lebih sering mengajak diskusi dan mendengarkan pendapat siswa agar kualitas makanan dan programnya sesuai kebutuhan.

"Makanan yang dikasih juga harus dijaga, waktu pemberian, supaya tetap enak dan sehat," pungkas Jasra menyampaikan aspirasi anak-anak tersebut.

Usulan penghentian sementara ini diharapkan dapat menjadi momentum perbaikan untuk memastikan program yang bernilai baik ini tidak justru membahayakan kesehatan anak-anak.[] 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya