Pilihan Senin, 08 Agustus 2022 | 12:08

Lapangan Merdeka Siantar Awut-awutan, Mirip Bekas Lokasi Pertempuran

Lihat Foto Lapangan Merdeka Siantar Awut-awutan, Mirip Bekas Lokasi Pertempuran Salah satu sisi Lapangan Merdeka Pematangsiantar atau di Jalan WR Supratman, pada Sabtu, 6 Agustus 2022 selepas dihajar angin kencang. (Foto: Leo Purba)
Editor: Tigor Munte

Siantar - Matahari sudah turun lembut. Lalu-lalang kendaraan pun perlahan riuh, menimpali pagi di kawasan Lapangan Merdeka, Kota Pematangsiantar, Sumatra Utara. 

Banyak pelajar putih muda duduk di kursi besi di sisi luar lapangan, sebagian berdiri di trotoar. Di depan mereka berdiri megah Balai Kota alias Kantor Wali Kota Pematangsiantar, hanya sepelemparan batu jaraknya.

Para pelajar cewek cowok itu sedang menunggu angkutan kota yang akan membawa mereka ke sekolah. Namanya remaja, mereka selalu tergelak penuh canda. Beberapa di antaranya asyik dengan gadget di tangan.

Satu dua orang tua, suami istri tampak berjalan di track lapangan yang dulu disebut Taman Bunga dan dikelilingi tembok setinggi orang dewasa. 

Mereka menikmati pagi dengan jogging dan jalan kaki santai mengitari lapangan penuh pohon dan bunga di tengah kota.

Orang pemerintahan menyebutnya ruang terbuka hijau. Lapangan Merdeka namanya. Diapit Jalan Merdeka di sisi Timur, jalan protokol paling sibuk sepanjang hari.

Di sisi Barat lapangan ini ada Jalan WR Supratman, persisnya depan Siantar Hotel, dan di Selatan adalah Jalan Sudirman.

Sepelemparan batu pula, ada Lapangan Haji Adam Malik, yang juga selalu digunakan untuk lapangan upacara pemerintah, semisal tujuh belasan atau peringatan hari besar resmi lainnya.

Tidak seperti biasa, Lapangan Merdeka kali ini tampak awut-awutan. Pohon besar yang gagah berdiri di Jalan WR Supratman di sisi luar pagar Siantar Hotel, tumbang. 

Hujan deras disertai angin kencang melanda kota yang dulu disebut Kota Toleransi itu pada Sabtu, 6 Agustus 2022 sejak siang hingga sore.

Angin itu kemudian menghajar apa saja yang dilaluinya, pohon besar, rumah, tiang listrik, baliho, billboard, dan apa saja.

Sejak Sabtu malam hingga Minggu, 7 Agustus 2022, praktis sejumlah ruas jalan inti tak bisa dilalui, karena pohon tumbang menimpa jalan, trotoar, dan sejumlah fasilitas publik lainnya.

Termasuk pohon besar di depan Siantar Hotel dekat Lapangan Merdeka. Pohon berdiameter pelukan tiga orang dewasa itu pun dibelah oleh petugas suruhan pemerintah kota setempat.

Monumen tugu perjuangan perlawanan tentara Indonesia melawan Belanda, ada di tengah Lapangan Merdeka, Kota Pematangsiantar, Sumatra Utara. (Foto: Istimewa)

Sayangnya, pohon itu hanya dibelah di bagian tengah jalan. Sementara di sisi akar pohon dan jatuhannya di trotoar Lapangan Merdeka, hingga Senin, 8 Agustus 2022 pagi, dibiarkan saja dengan sisa potongan pohon, cabang, dan ranting.

Tentu saja pengendara sepeda motor harus hati-hati melintas dari sana. Kendaraan roda empat pun enggan lewat. Sedangkan warga yang sedang jogging atau olahraga pagi, pun harus waspada melintas.

Di sisi dalam lapangan, sejumlah pohon juga tumbang, ambruk dihempas angin kencang. Para pengolahraga harus memilih-milih jalannya untuk bisa melintas.

Daun, ranting, dan cabang pohon dibiarkan hingga Senin, meski kejadian angin kencang adalah Sabtu siang.

Praktis kondisi lapangan, di mana track-nya yang dilapisi batu ubin, kotor dengan berbagai jenis sampah, daun, dan ranting pohon.

Satu dua petugas kebersihan tengah menyapu di sisi luar lapangan. Tampaknya tidak terlalu kuat untuk bisa mengerjakan dan membersihkan seluruh area Lapangan Merdeka dengan luas sekitar 3.600 meter persegi, panjang sekitar 80 meter, dan lebar sekitar 45 meter.

Kondisi lapangan kebanggaan warga kota kelahiran eks Wapres Haji Adam Malik itu acak-acakan sekali lagi. Meski demikian, para pengolahraga terus saja jalan dan berlari mengitari track lapangan.

Kabarnya Plt Wali Kota setempat bernama Susanti Dewayani ditemani suami, turun ke lokasi pasca bencana angin kencang menerpa kota itu.

Tidak diketahui apa persis perintahnya kepada aparat dan bawahannya, sebab kondisi Lapangan Merdeka tampak sangat `lelah`, belum pulih sediakala.

Ohya, Lapangan Merdeka menjadi ruang publik paling diminati warga, baik untuk olahraga dan juga bersantai atau berleha-leha.

Di trotoar lapangan yang cukup lebar, bangku-bangku antik terbuat dari besi ada di sana. Mengitari sisi luar lapangan.

Bangku yang dibangun sekitar tahun 2018 itu pun menjadi pilihan warga untuk bersantai menikmati suasana kota, baik pagi, sore atau malam hari.

Dulu Taman Bunga dikitari tembok tinggi, dirobohkan September 2017 di masa Wali Kota Hefriansyah Noor dan pejabat yang menginisiasi adalah Kepala Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Reinward Simanjuntak.

Taman dibuat terbuka untuk publik di mana kemudian sejumlah fasilitas dibangun, seperti ayunan buat anak-anak, perosotan, track olahraga, bangku-bangku antik, dan lampu-lampu taman.

Sejarah Lapangan Merdeka

Lapangan Merdeka bisa disebut peninggalan Kolonial Belanda. Lapangan ini mulai berkembang dan dibenahi seiring dengan masuknya perkebunan ke Simalungun dan Pematangsiantar dijadikan sebagai gemeente dan pusat controleur Belanda pada tahun 1907. 

Lapangan Merdeka Siantar Tahun 1928. (Foto: Dok. Jefri Simbolon)

Lapangan dijadikan esplanade (alun-alun kota) setelah kantor gemeente selesai dibangun tepat di depan lapangan pada tahun 1920, mengutip tulisan Jefri Simbolon (2016).

Lapangan juga berfungsi sebagai tempat upacara dan kegiatan hari besar pemerintah Belanda. 

Pada masa mempertahankan kemerdekaan, Belanda berusaha merebut kembali kekuasaan di Pematang Siantar dan menjadikan Siantar Hotel yang berada di belakang lapangan sebagai markas. 

Lapangan ini juga dijadikan Belanda sebagai salah satu basis pertahanan dengan membangun bunker di bawahnya dan menghubungkan Siantar Hotel dengan Pabrik Es. 

Peristiwa Siantar Hotel pada 15 Oktober 1945 dan Agresi Militer II Tahun 1948, lapangan ini menjadi salah satu medan pertempuran antara Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan pasukan Belanda. 

Setelah pemerintahan daerah kembali berjalan, Lapangan Merdeka tetap difungsikan sebagai tempat upacara dan kegiatan lainnya. 

Lapangan Merdeka mulai mengalami perubahan pasca otonomi daerah Tahun 1957 dan terjadinya perkembangan pesat Kota Pematangsiantar pada Tahun 1960. 

Perubahan mulai dari fungsinya yang menjadi hutan kota, dikomersilkan hingga sebagai lokasi prostitusi tanpa marketplace. Konon lapangan ini dibangun tembok setinggi orang dewasa hingga kemudian dirobohkan pada 2017.

Faktor-faktor perubahan berasal dari pemerintah, pihak pengelola, masyarakat, dan oknum tertentu. []

 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya