Daerah Senin, 23 Mei 2022 | 14:05

Lestarikan Budaya Leluhur Mamuju, Kristian Malangi Dirikan Rumah Tenun Sekomandi

Lihat Foto Lestarikan Budaya Leluhur Mamuju, Kristian Malangi Dirikan Rumah Tenun Sekomandi Pendiri rumah tenun Sekomandi di Mamuju, Sulbar, Kristian Malangi. (Foto: Opsi/Eka Musriang)
Editor: Rio Anthony Reporter: , Eka Musriang

Mamuju - Lestarikan salah satu budaya leluhur di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), putra asli Kecamatan Kalumpang, Mamuju, Kristian Malangi, dirikan rumah tenun Sekomandi.

Kristian Malangi mengungkapkan, pendirian rumah tenun Sekomandi didasari keinginannya untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang diturunkan keluh orang Kalumpang, Mamuju, Sulbar.

"Ini merupakan salah satu langkah untuk melestarikan dan menjaga budaya yang kita miliki supaya tidak punah," kata Kristian Malangi.

Apalagi, kata dia, tenun Sekomandi asal Kecamatan Kalumpang, Mamuju, Sulbar itu, sudah terkenal luas di Indonesia, bahkan sudah mendunia.

"Jadi, kita ingin menyiapkan tenun Sekomandi ini bagi mereka yang ingin memilikinya," katanya.

Kristian Malangi berharap, dengan didirikannya rumah tenun Sekomandi, para peminat bisa dengan mudah mendapatkan tanpa harus mencari sampai di Kalumpang.

"Peminat tidak perlu lagi ke Kalumpang mencari Sekomandi karena sudah tersedia di Kota Mamuju," kata Kristian Malangi.

Untuk diketahui, Sekomandi merupakan salah satu kain tenun ikat yang memiliki corak dan pola yang unik dan khas.

Pola atau corak ini digadang-gadang merupakan salah satu corak pola tertua di dunia.

Para antropologi menyebut, pola desain Sekomandi sendiri Sah Hyun Kalanay, yang mulai tersebar ke seluruh Asia dan Oceania sejak abad pertama masehi.

Tenun ikat Sekomandi diperkirakan mulai diproduksi oleh masyarakat adat di wilayah Kalumpang, yang kini tersebar di Kecamatan Bonehau dan Kecamatan Kalumpang, Mamuju, Sulbar.

Sekomandi oleh masyarakatnya dahulu dipakai untuk acara adat seperti ritual, pesta pernikahan, alat tukar atau barter, seserahan mempelai pengantin dan lain sebagainya.

Sekomandi sendiri, berasal dari dua kata dalam bahasa Kalumpang yakni "Seko" yang berarti persaudaraan atau kekeluargaan dan "Mandi" yang memiliki arti kuat dan erat.

Proses pembuatan tenun Sekomandi dimulai dengan pemintalan benang dari biji pohon kapas, kadang juga menggunakan kapuk.

Benang-benang yang sudah terpintal tersebut kemudian diberi warna sesuai pesanan. Dahulu pemberian warna pada benang sekomandi menggunakan pewarna alami.

Warna umum yang terdapat pada tenun sekomandi yakni warna hitam, merah, putih dan kuning.

Seiring perkembangan zaman, Sekomandi kini mulai menggunakan pewarna tekstil untuk mendapatkan warna yang lebih terang dan bervariasi.

Usai Pemintalan dan pewarnaan benang, para penenun kemudian mulai membuat kain yang memiliki corak dan motif garis beraturan, mulai dari model perisai, jajaran jenjang, hingga bentuk yang menyerupai orang-orangan dan kepiting.

Proses pembuatannya sendiri bisa sampai berbulan-bulan tergantung dari ukuran dan motifnya. Kain dengan ukuran yang besar dengan motif yang rumit serta warna yang beragam bisa memakan waktu hingga setahun lebih.

Harganya pun variatif, mulai dari kisaran ratusan hingga jutaan rupiah. Selain di jual langsung sebagai souvernir, tenun Sekomandi juga kerap dipesan dengan warna dan motif khusus. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya