Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan menyebut larangan ekspor nikel menguntungkan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain.
Luhut berpendapat, secara tidak langsung negara-negara maju tersebut diuntungkan karena mereka dapat lebih mudah mengakses suplai material lithium baterai dari Indonesia.
Lithium baterai merupakan hasil olahan dari nikel. Indonesia merupakan salah satu negara yang berhasil menerapkan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk pengolahan nikel kadar rendah menjadi bahan lithium baterai.
"Kami ingin negara maju memahami satu hal yang penting, larangan ekspor nikel yang kami putuskan saat ini secara tidak langsung mempermudah Amerika dan negara lainnya untuk mendapatkan akses terhadap suplai material lithium baterai dari nikel," kata Luhut saat menjamu jurnalis senior dari The New York Times, Peter Goodman di kediamannya beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan belum banyak negara yang tahu dan paham dengan kebijakan hilirisasi yang dijalankan Indonesia saat ini. Oleh karena itu, lanjutnya, wajar bila banyak tantangan yang hadir silih berganti terhadap kebijakan hilirisasi tersebut, termasuk tentangan negara Barat.
Kendati begitu, Luhut bersyukur di tengah tantangan tersebut, Indonesia diberi teladan kepemimpinan yang baik dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ia menyampaikan pesan Jokowi untuk tidak gentar terhadap setiap tantangan dan hambatan yang hadir di masa depan.
"Bahwa efek berlipat ganda yang hadir karena kebijakan hilirisasi bukan saja menjadi penyemangat kami untuk melindungi hak atas pengelolaan sumber daya alam negeri kami secara berdikari, tetapi juga pertanda baik bagi terwujudnya cita-cita bangsa menjadi negara maju di 2045," ujarnya.
Pemerintahan Jokowi memang sedang gencar melarang ekspor bahan mentah. Salah satunya nikel. Larangan diberlakukan sejak Januari 2020.
Beberapa waktu lalu, Kepala Negara mengklaim kebijakan ini memberikan manfaat besar ke ekonomi dalam negeri.
Sebelum larangan ekspor nikel mentah berlaku, Jokowi mengatakan nilai perdagangan yang diraih Indonesia dari penjualan produk tersebut hanya US$1,1 miliar atau Rp 17 triliun.
Setelah larangan ekspor berlaku dan nikel diolah di dalam negeri, nilai ekspor dari bahan mentah itu melonjak 19 kali lipat jadi US$20,9 miliar atau Rp 326 triliun.
Selain nikel, Jokowi juga melarang ekspor bauksit mulai Juni ini. Kebijakan itu dilakukan dengan beberapa pertimbangan.
Pertama, Jokowi ingin meningkatkan nilai tambah bagi ekonomi dalam negeri.
Kedua, meningkatkan penciptaan lapangan kerja baru.
Ketiga, meningkatkan penerimaan devisa.
Keempat, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di Indonesia.[] (CNNIndonesia)