Jakarta - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyoroti ancaman perang baru yang dihadapi Indonesia dan banyak negara lainnya.
Perang ini bukan lagi soal senjata, melainkan teknologi, khususnya chip.
"Perang itu sekarang sudah berubah. Bukan hanya perang tembak-menembak, tapi perang chip," ujar Luhut mengutip pernyataan Ray Dalio, anggota Advisory Board DEN, dalam acara IDN pada Rabu, 15 Januari 2025.
Menurut Luhut, hampir semua negara maju kini berlomba-lomba membangun pabrik produksi chip mereka sendiri.
Jika Indonesia tidak segera mengambil langkah strategis, negara ini berisiko tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Luhut menyoroti bagaimana Malaysia dan Singapura telah menjalin kerja sama dalam membangun ekosistem produksi chip melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Ia mengakui bahwa meskipun Indonesia sudah memiliki KEK, pengembangannya masih kurang maksimal karena insentif yang diberikan belum cukup menarik.
"Johor sekarang membuat special economic zone. Mereka mencontoh dari kita, tapi memberikan insentif lebih bagus lagi," kata Luhut.
Untuk mengimbangi perkembangan negara-negara tetangga, Luhut menyatakan bahwa ia telah meminta Kementerian Keuangan memberikan insentif yang lebih menarik bagi para investor di KEK Indonesia.
"Saya bilang ke Febrio (Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu), `Feb, lu mintanya untung-untung aja. Orang kasih untung juga dong, hidup ini nggak bisa hanya untung doang,’” ungkap Luhut.
Ray Dalio mengingatkan bahwa Indonesia harus berhati-hati agar tidak tertinggal dalam pengembangan teknologi chip.
Hal ini menjadi penting mengingat chip telah menjadi komponen krusial dalam hampir semua sektor teknologi modern, termasuk elektronik, transportasi, dan pertahanan.
"Dia bilang hati-hati, Indonesia ini bisa ketinggalan. Dan itu yang sekarang kita hadapi," tambah Luhut.[]