Yogyakarta - Mahasiswa asal Sulawesi Barat (Sulbar) yang menempuh pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meraih piagam sebagai penyaji terbaik pada Gelar Etnis Selendang Sutra, selama tiga hari sejak 7 hingga 9 September 2023.
Pada event yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan DIY, mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa (IKAMA) Sulbar di DIY menampilkan budaya Mamasa.
Gelar Budaya Etnis Selendang Sutra sendiri merupakan salah satu event nasional yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta untuk memfasilitasi seluruh ikatan pelajar mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Yogyakarta.
Ikatan pelajar mahasiswa se Indonesia diberi kesempatan untuk mempromosikan budaya daerah asalnya, yang bertujuan untuk penguatan nilai-nilai keberagaman dan kearifan lokal dari 34 provinsi se Indonesia.
Gelar Budaya Etnis tahun ini mengusung tema, terus maju dalam keberagaman, melaju untuk kebersamaan.
Ketua IKAMA Sulbar di DIY, Muhammad Afif Tarjih mengungkapkan, pihaknya memilih budaya Mamasa untuk dipromosikan pada event tersebut sebagai inovasi baru.
"Selama ini, saat mengikuti event yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan DIY, kami menampilkan budaya Mandar. Jadi, kali ini kami berinovasi dengan menampilkan budaya Mamasa," kata Muhammad Afif Tarjih, saat dikonfirmasi wartawan, Minggu, 10 September 2023.
Selain itu, kata pria asal Majene yang akrab disapa Divo itu, budaya Mamasa belum terkenal di DIY.
"Kami ingin menunjukkan bahwa kami bisa memperkenalkan budaya yang ada di Sulbar, meski tak ada kontribusi pemerintah daerah," ungkapnya.
Bahkan, kata Divo, pihaknya sudah meminta kontribusi Pemprov Sulbar bagi IKAMA Sulbar di DIY dalam mengikuti event tersebut.
"Kami sudah koordinasi dengan Pj Gubernur Sulbar dan kami diarahkan untuk berkomunikasi dengan Dispora Sulbar, tapi tak ada tanggapan," tutur Divo.
Untuk diketahui, Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Mamasa di Yogyakarta (IPMASA-YK) tampil dengan tema, Senandung Langit Mamas.
Kurangnya alat-alat pendukung mengingat IPMASA-YK sama sekali tidak memiliki alat musik tradisional Mamasa dan baju adat Mamasa tidak menjadi penghalang bagi mahasiswa-mahasiswa Mamasa dan Sulbar yang ada di Yogyakarta untuk memperkenalkan budaya Mamasa.
Mereka berhasil menyajikan tarian kreasi dengan kostum dan alat seadanya seperti baju babu’ yang di buat dari kardus bekas dan karung bekas, baju penari wanita yang hanya menggunakan kaos oblong hitan dengan menggunakan sambu’ barumbun sebagai rok yang dikumpulkan dari semua anggota IPMASA.
Gendang yang dipinjamkan oleh organisasi mahasiswa Toraja di Yogyakarta.
Hanya sassang, talana dan tora-tora yang di sewa dari Mamasa berkat dukungan dari IKAMA Sulbar dan Sanggar Seni Makarama Mamasa.
Semua keterbatasan tersebut tidak meredupkan semangat mahasiswa Mamasa dan seluruh mahasiswa Sulbar dalam mengharumkan nama daerah tercinta. []