Pilihan Sabtu, 18 Maret 2023 | 13:03

Maria Siagian, Boru Batak dengan Pilihan Hidup Sebagai Laskar Pendidikan Indonesia

Lihat Foto Maria Siagian, Boru Batak dengan Pilihan Hidup Sebagai Laskar Pendidikan Indonesia Maria Debora Siagian saat mengajar di kelas. (Foto: Kemendikbud Ristek)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Menjadi seorang guru sudah tertanam dalam benaknya ketika masih duduk di bangku SMP di Bengkulu.

Maria Debora Siagian, boru Batak yang lahir dan besar di Bengkulu. Mengecap pendidikan di sana, hingga menamatkan kuliah dari Universitas Bengkulu.

Maria bukanlah guru biasa. Dia terbilang unik dan menjadikan guru sebagai passion hidupnya, hingga sampai berumah tangga dan pindah tugas karena ikut suami. Dia tetap jadi guru.

Menjadi guru benar-benar tertanam dalam dirinya, ketika guru Biologi di SMP menginspirasinya.

Sang guru bernama Agus itu, membuat Maria kagum. “Saya terinspirasi oleh Pak Agus, guru Biologi sewaktu di SMP dulu,” ujar Maria.

Ceritanya saat itu Pak Agus menurut Maria, menyelenggarakan pembelajaran di luar kelas, dipadu dengan konsep belajar sambil bermain.

Pola itu sangat mengena, karena materi ajar yang disampaikan Pak Agus lengket di kepala para siswa hingga mengerti dengan mudah istilah-istilah Biologi.

“Bahkan Pak Agus pernah membawa torso tengkorak ke lapangan sekolah,” katanya mengenang.

Cara guru mengajar itu kata Maria, membuatnya jatuh cinta kepada profesi guru, bahkan lebih jauh bertekad untuk menjadi guru Biologi.

"Apa yang ditunjukkan oleh guru Biologi itu membuat saya mencintai pelajaran Biologi, bahkan ingin menjadi guru Biologi," tuturnya.

BACA JUGA: Hari Pahlawan, Pengamat: Bangsa Besar Adalah Bangsa yang Memuliakan Profesi Guru

Maria menilai ternyata profesi guru itu menyenangkan. Bisa memposisikan diri sebagai orang tua, teman, dan motivator bagi para siswa atau anak didik.

Motivasi menjadi guru makin menggebu kala Maria duduk di bangku SMA. Lagi-lagi dia menemukan sosok guru yang inspiratif melalui cara mengajar kreatif.

“Ada guru yang latar pendidikannya dari luar negeri dan sudah dipromosikan jadi dosen, namun ia tetap memilih jadi guru,” cerita Maria dilansir dari laman Kemendikbud Ristek, Sabtu, 18 Maret 2023.

Alasan sang guru tetap dengan pilihan mengajar sebagai guru karena ingin membangun daerahnya sendiri.

“Guru saya itu mengatakan bahwa daerah sangat membutuhkan perubahan pendidikan. Menggunakan teknologi dan digitalisasi,” katanya.

Maria pun memutuskan mengambil jurusan Pendidikan Biologi ketika masuk ke perguruan tinggi.

Lulus mengecap pendidikan S1 Pendidikan Biologi dari Universitas Bengkulu tahun 2016, Maria menimba pengalaman baru sebagai guru di Kota Tanjung Balai, Sumatra Utara.

Hanya setahun di sana, Maria mengabdikan ilmunya di salah satu SMA swasta di Bogor, Jawa Barat. Cukup lama di sana, empat tahun dari 2017 sampai 2021. 

Di Bogor, Maria benar-benar menikmati jalan hidupnya sebagai guru Biologi. Dari guru biasa, wali kelas sampai koordinator laboratorium.

Hingga kemudian dia harus ikut sang suami tahun 2022 ke Ambon, Maluku. Di sana dia mengajar di salah satu SMP.

Pindah ke Ambon, bukan hal mudah bagi Maria. Mengajar di tempat dengan fasilitas yang kurang memadai dan tidak senyaman ketika di Bogor.

Pilihan sebagai guru membuatnya tidak mudah patah arang.

“Saya tetap ingin berkarya di Ambon. Bagi saya menjadi guru adalah berkarya,” katanya.

Di tengah fasilitas sekolah tempatnya yang serba minim, Maria tetap mampu menjalankan peran dan mudah beradaptasi.

Pelajaran yang dipetiknya dari sang guru Biologi ketika SMP dia terapkan di tengah situasi sarana prasarana yang serba kurang.

“Saya bisa mengajar dengan peralatan sederhana, yang penting tujuannya tetap tercapai," katanya. 

BACA JUGA: Kerja Keras Mengajar Selama Pandemi, Guru Dapat Ucapan Terima Kasih dari Jokowi

Maria menggunakan teknologi membantu siswanya dalam memahami bahan ajar. 

Dia juga menggunakan alat seadanya yang tersedia, semisal pembuatan media ajar dari karton dan perkakas yang sudah tidak digunakan. 

Bicara soal pendapatan dari mengajar?  Maria tidak pernah mempersoalkan itu. Baginya guru adalah jalan hidup, sekali lagi. Dan dia tetap ingin menjadi guru.

"Profesi mengajar sama halnya dengan berkarya, maka dengan begitu saya akan selalu punya motivasi untuk menggali keunikan setiap siswa," terangnya. 

Menurut Maria, murid-muridnya di Bogor maupun Ambon sama-sama memiliki keistimewaan dan potensi.

"Asalkan guru bisa melihat celah-celah agar pembelajaran menarik,” jelasnya.

Salah satu keistimewaan dan potensi siswa di Ambon kata dia, terkenal dengan suara emas. 

"Anak-anak murid saya suaranya bagus. Saya mengetahuinya ketika saya terapkan ice breaking,” ungkapnya.

Pendidikan Profesi Guru

Maria kemudian mengikuti program Kemendikbud Ristek, yakni Pendidikan Profesi Guru (PPG). 

BACA JUGA: Malu Dong Sama Murid, Guru Harus Terus Belajar Hadapi Era Digital

Maria lolos program tersebut setelah melalui seleksi. Maria mengikuti program tersebut di angkatan 1. 

Ketika pertama kali membaca pengumuman Program PPG Prajabatan, Maria langsung ikut demi mengembangkan kompetensi dirinya sebagai guru. 

“Faktor lain saya kesampingkan, bertekad bulat untuk mendaftar PPG Prajabatan di Ambon,” katanya. 

PPG Prajabatan kata dia, adalah wadah pemerintah untuk mencetak atau menjadikan lulusan pendidikan menjadi profesional. 

Maria Debora Siagian dengan murid-muridnya di Ambon. (Foto: Kemendikbud Ristek)

“PPG Prajabatan sangat tepat untuk saya. Kalau melalui PPG Dalam Jabatan (Daljab) harus menunggu proses yang lama,” ungkapnya. 

Menurut Maria, membangun karier sebagai guru di daerah kepulauan seperti Ambon membuka wawasan baru baginya. 

Baru-baru ini Maria ikut pengabdian masyarakat (program dari dosen kampus dan mahasiswa lainnya) ke Pulau Kairatu. 

"Kami naik kapal feri dan kemudian naik angkot. Di sana, saya mengajar di SMP 1 Kairatu,” beber Maria. 

Program PPG Prajabatan juga membuat Maria mengenal Kurikulum Merdeka. Sebelumnya ia mengajar dengan Kurikulum 2023. 

Kini, ia ia bisa menerapkan Kurikulum Merdeka sekaligus menjadi menjadi pengembangan diri baginya. 

Dia sadar di Kurikulum Merdeka ada pembelajaran berdiferensiasi. “Di Kurikulum Merdeka, jika ada buku teks tidak sesuai dengan kondisi di kelas, guru diberi wadah untuk kreatif, inovatif, dan berpikir kritis,” ungkapnya. 

BACA JUGA: Guru Diimbau Manfaatkan Platform Merdeka Mengajar

Menjadi mahasiswa PPG Prajabatan, Maria pernah mendapatkan materi perihal ketidakmungkinan manusia saat ini untuk menolak digitalisasi. 

Kini untuk mendukung pembelajarannya, Maria kemudian membuat video, power point, serta animasi sistem biologi. 

“Ketika tidak ada mikroskop di sekolah, saya langsung mencari video mikroskop di internet dan saya tampilkan di depan kelas melalui infocus. Saya ingin ajarkan ke murid bahwa kalau sarana prasarana yang terbatas bukanlah hambatan untuk belajar, termasuk bagi yang berminat dalam bidang biologi,” jelasnya.

Pesan untuk Calon Guru

Meskipun baru mulai menjadi guru sejak tahun 2016, Maria tetap ingin membagikan pengalaman dan semangatnya pada siapa saja yang juga ingin mendedikasikan diri sebagai guru. 

“Bagi teman-teman lulusan FKIP ataupun Keguruan, yang baru lulus maupun yang sudah pernah mengajar. Guru adalah profesi yang tidak hanya mengajar namun juga membimbing dan menjadi orangtua kedua bagi anak-anak. Bagi teman-teman di luar sana, jadilah laskar-laskar pendidikan Indonesia, kalau bukan dari kita siapa lagi,” kata Maria. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya