SIANTAR - Kota Pematangsiantar adalah kota yang pluralis dengan jumlah penduduk 321.450 jiwa.
Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan dan 53 kelurahan dengan luas wilayah mencapai 55,66 km².
Dihuni berbagai etnis dan sub etnis: Simalungun, Toba, Karo, Mandailing, Pakpak, Angkola, Jawa, Melayu, etnis Tionghoa, India, Eropa, dan lainnya.
Di kota ini juga ditemukan Agama Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha, aliran kepercayaan dan lainnya. Kota ini dikenal dengan kota yang paling toleran di Indonesia, kota yang damai dan kota yang berbudaya.
Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar, penduduk beragama Kristen Protestan, ada 46,54% dan Katolik 4,71%, Islam 43,90%, Budha 4,36%, Konghucu 0,01%, dan Hindu 0,11%.
Hasill penilaian menempatkan 10 kota dengan Indeks Kota Toleran (IKT) tertinggi di Indonesia dan 10 kota lainnya dengan IKT terendah.
Selain menjadi kota paling toleran, Pematangsiantar juga dianugerahi Piala Adipura pada tahun 1993 untuk kebersihan lingkungan dan keramahan lingkungan.
Karena peraturan lalu lintas yang terorganisir dengan baik kota ini juga memenangkan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996.
Kota Pematangsiantar telah lama dikenal sebagai kota toleransi antar suku, agama dan budaya sebagai masyarakat multikulturalisme.
Hal ini terlihat dari beragamnya tempat ibadah yang ada di kota Pematangsiantar. Tidak ada dominasi yang menonjol di kota ini, dan tempat ibadah di kota ini sangat besar.
Sosial Masyarakat Kota Pematangsiantar
Masyarakat Kota Pematangsiantar yang multikultural terdiri dari berbagai macam suku, agama dan budaya seperti Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Konghucu serta suku dan budaya yang beragam, seperti Batak Toba, Simalungun, Pakpak, Tapanuli Selatan, Nias, Minangkabau dan lain sebagainya, mampu hidup rukun dan toleran antar suku, agama dan budaya yang berbeda-beda.
Bagi mereka, suku, agama dan budaya adalah ruang untuk menjaga dan mendorong sikap saling menghormati dan membantu antar masyarakat, seihngga menciptakan hubungan yang harmonis di tengah kebhinekaan multikultural yang ada.
Nilai-nilai yang tercipta dalam masyarakat Kota Pematangsiantar adalah, keberagaman, kerukunan dan toleransi. Yang telah disebutkan dalam semboyan Kota Pematangsiantar yaitu “Sapangambei Manoktok Hitei”, yang dapat diartikan bergotong-royong mencapai tujuan bersama.
Multikulturalisme yang terdapat di Kota Pematangsiantar melahirkan keunikan dari terjadinya proses asimilasi antar suku dan budaya.
Untuk menjaga dan menurunkan kepada generasi berikutnya sikap menghormati perbedaan sebagai implementasi masyarakat multikulturalisme berkelanjutan. Mendorong generasi mendatang untuk semakin menghormati nilai perbedaan dalam skala yang lebih luas, yaitu masyarakat global, dan untuk ikut berperan dalam perdamaian dunia sebagai masyarakat global.
Ekonomi Masyarakat Pematangsiantar
Kondisi ekonomi masyarakat Kota Pematangsiantar tahun 2023 menunjukkan pertumbuhan ekonomi berkolerasi positif dengan penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Tahun 2023 laju pertumbuhan ekonomi lebih baik sebesar 4,22 persen dibanding tahun 2022 sebesar 3,47 persen.
Kota Pematangsiantar sudah selayaknya bangkit mengejar ketertinggalan dari kota - kota besar di Sumatra Utara (Sumut). Hal ini harus segera dilakukan kalau tidak sekarang, terus kapan lagi?
Kota Pematangsiantar seharusnya lebih banyak berperan sehingga begitu orang datang ke Kota Pematangsiantar maka bisa merepresentasikan Sumut secara keseluruhan.
Artinya Pematangsiantar sebagai pintu gerbang ke daerah - daerah, seperti Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Pakpak Barat, Dairi dan khususnya Wisata Parapat - Danau Toba tidak sekadar dilewati, tetapi benar - benar menjadi outlate sekaligus pusat aneka ragam aktivitas percepatan roda perekonomian di Sumut.
Ini tugas mulia bagi Pemko Pematangsiantar ke depan untuk bekerja keras dan berupaya membangun brand atau image seperti itu.
Letak Kota Pematangsiantar yang sangat strategis di Sumut, apalagi ditunjang dengan segala infrastruktur dan sumber daya manusia yang relative lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya di Sumut.
Pemko Pematangsiantar harus segera mereposisi diri untuk lebih fokus berupaya memperkuat pilar - pilar ekonomi kotanya agar mampu memberikan multiplier effect pada peningkatan nilai daya saing dan menumbuhkembangkan kewira-usahaan di masyarakat Pematangsiantar agar eksistensinya benar - benar dirasakan sebagaimana layaknya tuan di rumahnya sendiri karena mampu menjadi "link market" berbagai produk unggulan dari daerah - daerah sekitarnya.
Berkaitan itu, Wali Kota Pematangsiantar ke depan harus memiliki karakter entrepreneurship yang kuat dan mampu melangkah lebih jauh untuk mencurahkan pikirannya dalam menciptakan terobosan-terobosan baru bagi perubahan dinamika ekonomi Kota Pematangsiantar ke depan.
Sekaligus memberikan imbas pada laju gerak penanaman investasi di kabupaten/kota sekitar Pematangsiantar.
Pola pikirnya tidak lagi berkutat sekadar bagaimana caranya menghabiskan APBD, tetapi mampu menjadi inspirator terdepan untuk memunculkan rasa optimisme baru.
Pemkot bersama DPRD Kota Pematangsiantar perlu merevisi regulasi dalam upaya memperluas networking bagi berbagai akses kepentingan yang berkaitan dengan penguatan ekspektasi pelaku usaha agar dapat berkiprah memajukan perekonomian daerah.
Jika Kota Pematangsiantar memiliki kawasan industri pengolahan bahan baku yang bahan bakunya diambil dari kabupaten/kota di sekitar Pematangsiantar, hasil olahan diekspor, sehingga mempunyai added value yang lebih tinggi, termasuk membuka lapangan kerja sangat luas bagi masyarakat.
Sayangnya kenyataan yang kita hadapi saat ini semakin membuat hati dan pikiran saya gundah. Setiap hari banyak orang datang dan pergi dari berbagai daerah hanya sekadar lewat di Kota Pematangsiantar.
Di sisi lain kita terninabobokan dengan wacana dan predikat sebagai pintu gerbang menuju wisata Parapat - Danau Toba.
Untuk itu ada dua solusi penting yang bisa dilakukan Wali Kota Pematangsiantar ke depan, yakni berupaya menginventarisasi potensi yang dimiliki Pematangsiantar, terutama dalam upaya memberdayakan manusianya.
Harus ada target dan pola penguatan program program yang dilakukan secara terukur dan berkesinambanungan guna dimanfaatkan secara optimal mengikuti perkembangan.
Keinginan Masyarakat untuk Wali Kota Baru
Pilkada Pematangsiantar 2024 mendatang, diharapkan lahir wali kota sesungguhnya. Sosok perintis, bukan pewaris seperti dua periode sebelumnya.
Sudah dua periode berlalu kita dipimpin oleh wali kota pewaris. Bukan perintis. Menjadi wali kota karena tak sengaja. Namanya gak sengaja, gak bisa kita tumpukan tanggung jawab atas kepemimpinannya secara moral.
Dan wali kota pewaris selama ini juga terbukti tak membawa dampak positif pada kemajuan Kota Pematangsiantar. Berkaca dari itu, di Pilkada 2024, lahir pemimpin yang benar-benar perintis. Dimana, dengan lahirnya pemimpin yang benar-benar perintis, warga dapat menuntut tanggung jawab kepemimpinannya secara moral.
Menyongsong Pilkada Pematangsiantar 2024, dengan banyaknya para kandidat hal ini tentunya membuat warga bisa lebih banyak pilihan. Namun perlu diingat, tentu harus melihat dan menilainya dengan cermat.
Kita berharap dua periode pilkada sebelumnya takdir kelam tak terulang di Pilkada 2024 ini. Berharap, calon wali kota nantinya mampu membangun Kota Pematangsantar lebih baik dan jadi pemersatu dari seluruh agama dan etnis. Menjaga, memelihara toleransi ummat beragama.
Mengingat Kota Pematangsiantar terdiri dari masyarakat yang heterogen, juga harus mengembalikan Kota Pematangsantar menjadi Kota Pendidikan. Kota Tujuan Wisata dan Transit Perdagangan.
Kemudian, tak kalah penting untuk mengulik bakal calon wakil wali kota. Rekam jejaknya juga harus baik. Jangan sampai sosok khianat dan pendusta. Apalagi yang mudah melupakan jasa orang, wajib ditinggalkan demi mengantisipasi kemungkinan terburuk seperti dua periode sebelumnya. Dimana Sang Wakil Wali Kota harus menjadi wali kota. Disebabkan wali kota menemui ajalnya. Ketika wakilnya harus menggantikan wali kota, tentulah sosok yang berintegritas, berwawasan dan memiliki keikhlasan membangun kemajuan Kota Pematangsiantar.
Tapi sekali lagi kita sama - sama berdoa. Semoga itu tak terulang dan sembari berharap, kelak akan muncul calon wali kota dari beragam etnis, termasuk Simalungun.
Seperti diketahui, sudah dua periode Pilkada Siantar, calon wali kota yang menang lebih dulu meninggal dunia sebelum pelantikan. Pertama almarhum Hulman Sitorus dan kedua almarhum Asner Silalahi.
Kematian Hulman Sitorus digantikan wakilnya Hefriansyah Noor. Sedangkan almarhum Asner Silalahi digantikan Susanti Dewayani yang sampai kini menjabat Wali Kota Pematangsiantar.
Kepuasan terhadap kinerja incumbent tidak terlalu tinggi: kepuasan terhadap kinerja Susanti Dewayani sebagai wali kota hanya 50%, sementara warga yang tidak puas 45%. Ada 36% yang menginginkan Susanti Dewayani kembali menjadi Wali Kota Pemantangsiantar.
Namun dari hasil survei yang sudah dilakukan kondisi ekomoni dibanding tahun lalu Kota Pemantangsiantar sebanyak 52% mengatakan tidak adanya perubahan dan sebanyak 22% mengatakan lebih buruk dan hanya sebanyak 18% mengatakan kondisi ekonomi Kota Pemantangsiantar lebih baik.
Melihat dari keinginan masyarakat terhadap incumbent maju kembali di Pilkada 2024 sebanyak 55% tidak menginginkannya.
Potensi Calon Wali Kota Pematangsiantar
Dari beberapa nama calon wali kota yang ada, menurut hasil survei secara spontan, ada 53.8% yang belum menentukan pilihan calon wali kota.
Susanti Dewayani mendapat dukungan tertinggi, 10.9%, kemudian Marudut Liberty Panjaitan 10.2%, Mangatas Marulitua Silalahi 4.7%, Wesly Silalahi 3.3%, Hendra Simanjuntak 2,6 %, Gusmiyadi 2.2%, dan calon lain di bawah 2%.
Metodologi survei menyertakan beberapa nama calon wali kota dengan menggunakan simulasi pilihan nama bakal calon wali kota.
Simulasi 10 nama, Susanti Dewayani meraih dukungan 26.9%, kemudian Marudut Liberty Panjaitan 25.3%, Mangatas Marulitua Silalahi 9.4%, Wesly Silalahi 8,6%, Gusmiyadi 6.7%, Hendra Simanjuntak 5.3%, Ronald Tampubolon 4.5%, nama lain di bawah 5%, dan massa mengambang ada 8.3%.
Simulasi tiga nama, Marudut Liberty Panjaitan meraih dukungan 36.5%, kemudian Susanti Dewayani 31.8%, Mangatas Marulitua Silalahi 19.5%, dan massa mengambang ada 12.3%.
Simulasi dua nama, antara Marudut Liberty Panjaitan dan Mangatas Marulitua Silalahi. Marudut Liberty Panjaitan mendapat dukungan 47.7%, unggul atas Mangatas Marulitua Silalahi yang mendapat dukungan 29.5%. Massa mengambang sekitar 22.8%.
Simulasi dua nama, Marudut Liberty Panjaitan dan Yan Santoso Purba. Marudut Liberty Panjaitan mendapat dukungan 58.7%, unggul atas Yan Santoso Purba yang mendapat dukungan 6%. Massa mengambang sekitar 35.3%.
Simulasi dua nama, Marudut Liberty Panjaitan dan Gusmiyadi. Mendapat dukungan 53.6%, Marudut Liberty Panjaitan unggul atas Gusmiyadi yang mendapat dukungan 16.1%. Massa mengambang sekitar 30.3%.
Kalau Susanti dan Liberty head to head, Liberty meraih 43,4 % sedangkan Susanti 34,8 % dan 21.8 % tidak ada jawaban.
Di antara empat calon paling populer, Susanti Dewayani memiliki tingkat kedisukaan 74%, cukup seimbang dengan Marudut Liberty Panjaitan 71% dan Mangatas Marulitua Silalahi 69%; sementara tingkat kedisukaan Wesly Silalahi 62%.
Popularitas Marudut Liberty Panjaitan belum terlalu tinggi, masih di bawah 80% dan belum merata di semua wilayah.
Popularitas Marudut Liberty Panjaitan berkisar 57-68%, paling tinggi di Dapil 3 (Siantar Marihat, Siantar Marimbun, Siantar Selatan, Siantar Timur) dan yang lebih rendah di Dapil 1 (Siantar Barat, Siantar Utara). []