Jakarta - Festival 7 Sungai digelar di Kabupaten Subang, Jawa Barat, mulai 5-7 Juli 2022. Festival ini pertama kali digelar secara meriah pada tahun 2015.
Pelaksanaan Festival 7 Sungai merupakan bagian dari program pengembangan Desa Cibuluh, salah satu desa di Kabupaten Subang.
Festival ini memamerkan keelokan Sungai Cikembang, Sungai Citeureup, Sungai Cilandesan, Sungai Cinyaro, Sungai Cileat, Sungai Cikaruncang, dan Sungai Cipunagara di kawasan Desa Cibuluh.
Tahun ini menjadi tahun ketujuh penyelenggaraan Festival 7 Sungai. Mengusung tema Sungaiku Sungaimu.
Festival 7 Sungai mendorong dan meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga serta melestarikan sungai. Memanfaatkan sungai secara bijak dan kreatif.
Terselip pula harapan agar potensi sungai sebagai tempat wisata ini terus dipromosikan hingga dapat terdengar ke seluruh penjuru Indonesia maupun dunia.
Dalam festival ini kesenian dan budaya Desa Cibuluh bakal diperkenalkan ke semua pengunjung.
Sungai yang mengalir di Desa Cibuluh, Kabupaten Subang, Jawa Barat. (Foto: Kemenparekraf)
Selama rangkaian kegiatan berlangsung, wisatawan akan mengenal lebih dekat mengenai budaya sungai, budaya bercocok tanam, budaya kesenian, dan mencoba permainan tradisional yang masyarakat desa lakukan sehari-hari.
Hijaunya sawah, rimbunnya pepohonan, segarnya air terjun, indahnya warna warni ikan di kolam, segarnya udara dan keramahan masyarakatnya akan menjadi sederet alasan mengapa wisatawan jatuh hati pada desa wisata yang satu ini.
Sarat Budaya
Ada yang unik nih dari keseruan rangkaian Festival 7 Sungai tahun lalu. Dengan mengangkat tema Cai Kiwari, masyarakat setempat berbagi pengalaman mereka tentang bagaimana cara menangkap ikan. Terdapat dua istilah yang sudah familiar di sana, yakni ngecrek dan ngeprok.
Di Sungai Cipunagara, penonton dibuat kagum karena ikan bisa tertangkap dengan mudahnya menggunakan teknik memukul-mukul air sungai dengan bambu agar ikan berkumpul dan lari ke dalam bubu, sebuah perangkap yang terbuat dari bambu.
Nah, teknik ini ramai disebut dengan teknik ngeprok. Selain itu, kelihaian masyarakat dalam menangkap ikan juga diperlihatkan dengan teknik melempar-lempar jaring ikan yang biasa disebut dengan ngecrek.
Warga desa memiliki keyakinan bahwa 7 sungai yang mengalir di tubuh desa adalah urat nadi kehidupan selama beribu tahun lamanya.
Sungai-sungai ini tak hanya indah, tapi juga mampu mengaliri sawah, menyuburkan ladang, membersihkan kotoran, bahkan tempat melarung ari-ari yang dilahirkan seorang ibu.
Pada tahun 2019 dengan tema Hurip Cai-2, beragam keseruan yang dipertontonkan sekaligus mendapat partisipasi aktif dari pengunjung ialah body rafting atau akrab disebut dengan papalidan, menangkap ikan tanpa alat yang kerap disebut ngagogo, tradisi gebuk bantal, main rebutan sungai, dan masih banyak yang lainnya. [Kemenparekraf]