News Selasa, 22 Maret 2022 | 17:03

Mendagri Dukung Sabam Sirait Menjadi Pahlawan Nasional

Lihat Foto Mendagri Dukung Sabam Sirait Menjadi Pahlawan Nasional Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. (foto: YouTube/GAMKI).

Jakarta - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mendukung penuh penobatan Pahlawan Nasional untuk alm. Sabam Gunung Panangian Sirait, atas jasa-jasa yang banyak beliau torehkan untuk bangsa Indonesia.

"Saya yakin semua sepakat, sudah sangat layak kalau seandainya ada usulan beliau (Sabam Sirait) untuk menjadi pahlawan nasional," kata Mendagri Tito dalam acara Keteladanan & Kepeloporan Sabam Sirait, dilihat Opsi dari kanal YouTube DPP GAMKI, Selasa, 22 Maret 2022.

Tito mengaku mengenal alm. Sabam Sirait bukan hanya sebagai tokoh, melainkan juga sebagai mitra kerja di Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Tahun 2020 lalu Sabam sempat berpesan kepada Mendagri, harus netral dalam menjaga demokrasi.

Baca jugaGAMKI dan UKI Gelar Seminar Nasional: Keteladanan dan Kepeloporan Sabam Sirait

"Saya ingat tahun 2020 terakhir pada saat penyelenggaraan Pilkada, 217 daerah kami diundang oleh DPD. Beliau kritis menyampaikan pesan kepada saya, `Bapak Mendagri agar netral jaga demokrasi` itu perintah beliau," ucap Tito.

Di sisi bersamaan, Tito juga mengenal putra Sabam, yakni Maruarar Sirait. Menurut Tito, hubungannya dengan Maruarar sudah seperti keluarga.

"Apalagi dengan Pak Ara Sirait, kami sudah seperti kakak-adik, sering kami datang ke kediaman beliau ketemu dengan almarhum di acara natalan dll, dan selalu memberikan nasihat kepada saya yang jauh lebih muda," tutur mantan Kapolri itu.

Menurut Tito, politisi sekelas Sabam Sirait terbilang langka di Indonesia, karena sudah 64 tahun mengabdikan diri di di dunia politik.

Sabam Sirait yang wafat dalam usia 85 tahun itu eksis di tujuh masa Presiden RI mulai dari Soekarno sampai Joko Widodo. Tito mengenang sosok Sabam yang puluhan tahun menjadi anggota DPR, juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung, dan anggota DPD. Maka, ia menilai alm. Sabam sangat layak dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

"Pengabdian beliau yang sangat luar biasa tiada henti yang belum tentu banyak orang bisa mengikutinya," ucap Tito.

Sepengingatan Tito, Sabam Sirait juga sempat menjadi sekjen Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan sekjen PDI Perjuangan (PDIP).

Tito memandang sosok Sabam konsisten terhadap demokrasi dan pluralisme. Termasuk pada saat pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), Sabam setuju dengan pembubaran dan melaksanakan dengan cara-cara yang demokratis, sesuai dengan aturan hukum.

Baca jugaBerkontribusi Untuk Negara dan Gereja, GMKI Dukung Sabam Sirait Jadi Pahlawan Nasional

Mendagri juga mengenang sosok Sabam mendukung dan menandatangani agar Presiden RI Soeharto menjabat sampai Pemilu 1971. Di sisi bersamaan, Sabam Sirait juga konsisten mengkritik pemerintahan Orde Baru.

"Sehingga sampai 2-3 kali ditangkap, diperiksa oleh polisi," katanya.

Lebih dari itu, lanjutnya, Sabam Sirait juga memprakarsai digolkannya UU Antimonopoli. "Kita tahu lah di masa Orde Baru banyak dikuasai oleh oligarki di bidang ekonomi," ucapnya.

"Tetapi dia mengkritisi untuk lahirnya UU monopoli supaya pondasi ekonomi RI kuat, karena kalau dikuasai oleh oligarki pondasinya rapuh. Itu terjadi di tahun 1998 salah satu yang membuat jatuhnya pemerintahan Orde Baru karena pondasi keuangan dan ekonomi yang rapuh," ujar dia lagi.

Tito juga mengenang sosok Sabam sebagai sosok politisi yang plural. Meski bukan dari latar muslim, Sabam Sirait berada paling depan secara konsisten membela Palestina terkait konflik dengan Israel, meski dengan segala konsekuensi.

"Jadi beliau kalau sudah punya prinsip demokrasi dan pluralisme itu adalah kemanusian melintasi segala batas-batas sosial baik batas suku, latar belakang ras, termasuk keagamaan yang logikanya beliau sebagai aktivis Nasrani mungkin orang pikir akan lebih pilih kepada Israel, kenyataan tidak," ujarnya.

Kemudian, saat ada perpecahan PDI antara faksi Soerjadi dengan faksi Megawati Soekarnoputri, Sabam Sirait mengambil sikap sebagai oposisi Orde Baru juga dengan segala risikonya.

"Tapi beliau lakukan itu untuk berada pada posisi yang mendukung ibu Megawati karena meyakini perlu adanya demokrasi untuk ubah sistem yang saat itu dianggap semi otoritarian," kata Tito Karnavian.

Tito juga melihat Sabam memiliki quality of democracy and quality of pluralism dan konsisten memperjuangankan kebinekaan dalam kurun waktu amat panjang, 64 tahun di politik, dan 42 tahun real politicking.

"Di dalam struktur itu konsisten dengan perjuangan demokrasi meskipun berada pada tantangan yang tidak ringan. Mungkin risiko nyawa beliau siap tanggung untuk pertahankan keyakinan," katanya.

"Oleh karena itu kita tidak bisa melewatkan sejarah begitu saja sosok yang langka dan patut kita teladani dan kita jadikan role model. Oleh karena itu lah bukan karena saya dekat dengan beliau atau Pak Ara, tapi genuine dari hati terdalam beliau memiliki kelebihan yang melebihi dari banyak orang yang saya kenal," ujar dia lagi.

"Sehingga jika ada usulan beliau menjadi seorang pahlawan nasional (sangat setuju) karena kualitas konsistensi demokrasi dan pluralisme yang bineka di atas keberagaman tanpa melihat suku, agama, ras, tapi atas dasar kemanusiaan," ucap Tito Karnavian memungkasi. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya