Jakarta - Muhammadiyah, salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia, menggelar muktamar pada 18-20 November 2022 di Kota Solo, Jawa Tengah.
Muktamar ke-48 itu dibuka secara resmi Presiden Jokowi dan dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir serta para peserta muktamar dari seluruh Indonesia.
Salah satu agenda muktamar adalah melakukan pemilihan pengurus PP Muhammadiyah termasuk Ketua Umum periode 2022-2027.
Didirikan KH Ahmad Dahlan
Dilansir dari laman muktamar48.id, Muhammadiyah merupakan organisasi yang awalnya didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Kampung Kauman, Yogyakarta pada 18 November 1912.
Semula disebut sebagai Persyarikatan Muhammadiyah. Didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan memurnikan ajaran Islam, yang masa itu menurutnya banyak dipengaruhi hal-hal mistik.
Kegiatan berbasis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha.
Dilakukan juga peran pendidikan melalui pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hogere School Moehammadijah,yang lalu berganti nama menjadi Kweekschool Moehammadijah.
Baca juga:
Punya 170 Perguruan Tinggi, Muhammadiyah Berkontribusi Besar untuk Pendidikan
Kini dikenal dengan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta khusus laki-laki di Jalan S Parman no 68 Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan.
Madrasah Mu`allimaat Muhammadiyah Yogyakarta khusus perempuan, di Suronatan Yogyakarta.
Keduanya sekarang menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah bertempat di Yogyakarta dan dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Adaby Darban, seorang ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman menyebut, nama Muhammadiyah mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat KH Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu.
Dia merupakan seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaharuan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta. Kemudian diputuskan KH Ahmad Dahlan setelah melalui salat istikharah.
Semasa kepemimpinan KH Ahmad Dahlan periode 1912-1923, pengaruh Muhammadiyah terbatas di keresidenan-keresidenan, seperti Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, sekitar daerah Pekalongan sekarang.
Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatra Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam.
Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatra Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia.[]