Jakarta - Grup band The Fly mengenang nomor kolaborasinya bersama Otong Koil di lagu Palsu rilisan 2002 silam. Dua puluh tahun berselang, keduanya sama sekali belum pernah tampil dalam satu panggung.
The Fly sendiri merupakan grup musik yang melesat kariernya lewat single Terbang. Unit rock yang kini digawangi oleh dua personel tersisa, yakni Kin (Gitar dan Vocal) dan Levi (Bass) masih eksis hingga sekarang.
Keduanya memang lebih aktif di balik layar, membantu banyak sekali band lokal dalam memproduksi dan membimbing materi karya-karya lagunya.
The Brandals dan Naif adalah segelintir dari band yang identik satu tongkrongan dengan The Fly.
Memasuki era 2000-an, The Fly yang sedang getol mengeksplorasi suara elektronik untuk kebutuhan album berikut mereka, Episode III.
Saat itu juga, The Fly telah menyelesaikan seluruh rekamannya dan sedang menyelesaikan mixing album tersebut, termasuk salah satu lagu di dalamnya, yakni Palsu.
Cover album Episode III milik The Fly. (Foto: Istimewa)
Ide mengajak Otong untuk berkolaborasi muncul sewaktu Kin dan Levi diundang untuk menghadiri konser terakhir Pupen di di Nirvana Cafe, pada Minggu 13 Januari 2002 silam.
Di keriaan yang berlangsung di kawasan Jakarta Selatan itu, untuk pertama kalinya Kin dan Levi melihat penampilan dari band asal Bandung, Koil.
"Levi tuh lagi ngulik banget sound-sound elektronik yang memang akan diaplikasikan di Episode III. Trus pas kita liat Koil secara live, sound dan look nya menyita perhatian kita berdua," kata Kin, sewaktu mengenang peristiwa itu, dikutip Opsi pada Sabtu, 10 September 2022.
"Kita pengen tahu apa memungkinkan kita untuk bekerja sama. Soalnya kita merasa nyambung dengan konsep Episode III, walau mereka sih keras banget udah nyerempet industrial rock ahahahaha," tutur dia.
Kolaborasi antara The Fly dan Otong Koil pada akhirnya benar-benar terjadi di single Palsu.
Baca juga: Dari Surabaya, Unit Garage Rock Electric Bird Menginvasi Jakarta
Baca juga: Kembali Berkarya di Jakarta, Sinema Pinggiran Bikin Keriaan From Bintan With Love
Kerja bareng keduanya menggabungkan musik rock dengan nuansa elektronika, yang mungkin bisa dikatakan sebagai satu momentum meleburnya idealisme untuk sebuah karya lagu kala itu. []